BANYAKNYA orangtua yang tidak menyadari anaknya menyandang autis, disebabkan karena tingkatan autisme itu sendiri berbeda pada tiap orang.
Autisme bervariasi dalam tingkat keparahan dan gejala. Dalam beberapa kasus, autisme juga dapat tidak disadari, khususnya autisme ringan pada anak atau jika ada kelainan lain yang lebih parah sehingga gejala autisme jadi terabaikan.
Centers for Disease Control and Prevention (CDC), studi melaporkan prevalensi autisme di dunia sebanyak 1%. Ini artinya, 1 dari 100 anak menyandang autisme. Autisme adalah masalah tumbuh kembang yang lebih sering terjadi pada laki-laki dibanding wanita. Laki-laki lebih 5 kali lebih mungkin menyandang autisme daripada wanita.
Mendiagnosis gangguan spektrum autisme bisa sulit dan dapat memerlukan beberapa kali periksa dokter anak yang mengkhususkan diri dalam perkembangan anak. Gangguan spektrum autisme memiliki gejala yang sama, tetapi dapat sangat bervariasi dalam tingkatan gangguan yang dialamai anak.
Kondisi gangguan spektrum autisme, antara lain:
1. Asperger\\\'s Syndrome. Penderita mampu mempertahankan kehidupan normal, tetapi mereka memiliki masalah mengekspresikan emosi dan berinteraksi dengan orang lain. Banyak orang dengan sindrom Asperger tidak terdiagnosis sampai mereka dewasa karena perkembangan mereka tampak normal. Orang dengan Sindrom Asperger sering salah didiagnosis dengan kondisi lain yang menghasilkan gejala yang mirip seperti gangguan obsesif kompulsif dan gangguan kecemasan sosial.
2. Childhood Disintegrative Disorder. Bentuk langka dari autisme yang dapat mengurangi kemauan anak untuk berinteraksi dengan orang lain. Anak-anak akan berhenti bermain dan berinteraksi dengan orang lain. Perkembangan mereka akan mundur, dan mereka akan kehilangan keterampilan yang sudah mereka kembangkan sebelumnya.
3. Rett Syndrome. Suatu kondisi yang mempengaruhi remaja putri. Penyakit ini menyebabkan otot-otot menjadi berhenti tumbuh. Pasien dengan Sindrom Rett akan menunjukkan gerakan tangan berulang-ulang dan akan menunjukkan tanda-tanda keterbelakangan mental. Remaja putri dengan Rett Syndrome cenderung memiliki keterampilan yang rendah dan akan memerlukan perawatan untuk seluruh hidup mereka.
4. Pervasive Developmental Disorder. Biasa terjadi di kalangan anak-anak, yaitu sebuah diagnosa ketika anak punya gejala Autism atau Asperger syndrome, tapi tidak memenuhi kriteria secara spesifik dari keduanya.
Meskipun tidak ada obat untuk autisme, perawatan intensif, dan terapi sejak dini dapat membuat perbedaan besar dalam kehidupan banyak anak dengan gangguan tersebut. Stigma negatif mengenai anak autisme harus segera dihilangkan. Semangat anak-anak penderita autisme telah membuktikan bahwa autisme tidak menyurutkan langkah mereka untuk berprestasi. Bukankah kita sudah banyak melihat berita menggembirakan mengenai prestasi mereka yang luar biasa dan diakui dunia.
Sebut saja Temple Grandin, seorang autis yang sukses jadi profesor di bidang ilmu hewan, dan mendapat gelar itu di almamaternya Colorado State University. Lalu ada Matt Savage, yang divonis menyandang PDD (Pervasive Development Disorder Unspecified) saat usia tiga tahun, kini malah menjadi musisi jazz internasional.
Lalu untuk di Indonesia ada banyak anak-anak autis yang berprestasi luar biasa, salah satunya adalah Oscar Yura Dompas yang berhasil menyelesaikan kuliahnya di Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya, Jakarta dan mendapat rekor MURI. Ia menulis buku berjudul “Autistic Journey” dan “The Life Of the Autistic Kid Who Never Give Up”. Dari judulnya kita udah tahu kalau buku ini bicara soal autisme.
Hebat, bukan?
KOMENTAR ANDA