Ilustrasi/Net
Ilustrasi/Net
KOMENTAR

IBU terkadang beranggapan, anak yang makannya lahap, badannya gemuk, dan energik adalah anak yang sehat. Namun mama tahu, tidak? Anak yang sehat itu harus didukung oleh kecukupan kebutuhan nutrisi, salah satunya serat. Dan percaya atau tidak, konsultan gastrohepatologi anak Frieda Handayani, mengungkapkan bahwa anak Indonesia kekurangan asupan serat.

“Ini mengkhawatirkan. Kasus gastrohepatologi (berhubungan dengan sistem pencernaan) kebanyakan karena kekurangan serat,” ujar Frieda.

Orang tua, lanjut dia, mau tidak mau harus banyak berperan dalam asupan serat anak. Sehingga disarankan betul untuk memiliki pengetahuan yang cukup tentang kebutuhan serat anak.

Menurut Frieda, untuk anak usia 1-3 tahun sebaiknya mengonsumsi 16 gram serat agar kebutuhan serat anak terpenuhi sejak dini. Sedangkan usia 4-6 tahun anak perlu serat sebanyak 22 gram, usia 7-9 tahun sebanyak 26 gram dan anak usia 10-12 tahun sebanyak 30 gram.

Ini contoh bahan pangan beserta kandungan seratnya (dalam 100 gram), yaitu:

1.    Brokoli mentah: 1,6 gram

2.    Wortel rebus: 0,8 gram

3.    Bayam rebus: 1,1 gram

4.    Kacang hijau: 1,5 gram

5.    Kacang merah rebus: 3,5 gram

6.    Kacang mete goreng: 1,1 gram

7.    Gandum: 13,4 gram

8.    Pepaya matang: 1,6 gram

9.    Apel: 2,6 gram

10. Jeruk: 1,4 gram

11. Pir: 2,8 gram

12. Pisang ambon: 1,9 gram

Untuk memenuhinya, Frieda memberikan contoh menu harian untuk mencukupi kebutuhan serat anak usia 1-3 tahun yang setara dengan 16 gram serat.

Untuk sarapan, anak bisa menyantap semangkuk oat (4 gram serat) dan sebutir apel dengan kulitnya (2,8-3,6 gram serat).

Bekal sekolah bisa membawa roti gandum (per lembar 2 gram serat), sup wortel (1 gram serat), dan satu buah pir dengan kulit (3,5 gram serat).

Kemudian untuk makan malam, Anda bisa menyediakan spageti gandum (125 gram spageti mengandung 3 gram serat).

Tetapi, semua itu tidak boleh berlebihan ya, ma. “Serat larut air kan menyerap air, jika terlalu banyak perut bisa 'begah', kembung, pencernaan bukan lancar tapi malah blocking BAB. Sedangkan serat tidak larut air dipecah di usus, lalu bakteri jadi banyak. Bakteri ini menghasilkan gas jadi terlalu banyak serat bikin kentut jadi bau banget, diare,” jelas dia.




Nilai Rapor Menurun, Berikut Cara Ayah Bunda Menegur Si Kecil Agar Termotivasi

Sebelumnya

Mengatasi Kekhawatiran Orang Tua Saat Melepas Anak dari SD ke SMP

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Parenting