Ilustrasi/Net
Ilustrasi/Net
KOMENTAR

PEREMPUAN seyogyanya menyadari bahwa semakin banyak tanggung jawab yang ia emban, semakin besar pula energi, waktu, dan pikiran yang harus dicurahkan. Padahal, seperti yang kita tahu, urusan rumah tangga termasuk mengurus anak dan suami, sudah pasti menyita pikiran dan waktu. Seolah, 24 jam dalam sehari tak cukup untuk membuat segalanya berjalan rapi dan teratur seperti keinginan kita.

Karena itulah, ketika memutuskan untuk menjadi ibu bekerja, perempuan harus mampu mengukur kesiapan dirinya untuk memiliki kehidupan multitasking dua kali lipat dari yang selama ini sudah dijalani sebagai ibu rumah tangga. Untuk itu, salah satu bekal sangat penting yang harus dimiliki adalah kesiapan psikologis.

Kesiapan psikologis tersebut meliputi kecerdasan dan kesadaran untuk mengelola waktu, emosi, dan masalah yang menghadang dalam keseharian.

Tentang waktu, kita (perempuan) harus mampu mendelegasikan pekerjaan kepada support system yang ada di rumah. Kepercayaan kepada orang-orang yang berada dalam lingkaran support system tersebut—entah orangtua, saudara, atau asisten rumah tangga—menjadi kunci penting agar kita dapat merasa nyaman saat meninggalkan rumah untuk bekerja. Yang perlu kita lakukan hanya cek dan ricek apakah segala sesuatu berjalan semestinya.

Pengelolaan waktu juga termasuk quality time. Bagaimana menjaga api cinta dan gairah terhadap pasangan juga menjaga bonding dengan buah hati tercinta. Bagaimanapun juga, ketika kuantitas waktu untuk keluarga berkurang, jangan sampai kualitasnya pun kita kurangi.

Adapun tentang emosi, kita harus mampu mengelola berbagai perasaan yang bergejolak terkait pekerjaan agar tidak terbawa ke rumah. Kekesalan terhadap rekan kerja atau kesulitan menuntaskan pekerjaan jangan sampai membuat kita menjadi ‘monster’ di rumah. Redamlah ego dan kekesalan kita, tanyakan pada nurani: haruskah kita mengorbankan perasaan suami dan anak demi mengejar karir semata?

Dengan mengelola waktu dan emosi sebaik mungkin, kita insya Allah akan dapat menemukan ritme hidup yang menyenangkan. Masalah yang menghadang akan menjadi sarana pembelajaran, evaluasi diri, sekaligus pencarian solusi. Kita harus mampu bersikap bijak dalam menyelesaikan masalah. Tak perlu dramatisasi agar masalah besar menjadi kecil dan masalah kecil menjadi hilang.

Saat peran kita sebagai ibu di rumah dan ibu bekerja di luar rumah dapat berjalan harmonis, kedua peran itu akan bersinergi untuk menciptakan pribadi yang lebih baik dari hari ke hari. Tak perlu merasa takut bahwa kepentingan keluarga akan dikorbankan. Kesibukan kita di luar rumah menjadi satu bentuk aktualisasi diri untuk menjadikan diri bermanfaat bagi sesama dan income yang didapat pun insya Allah akan barakah. Nah, apakah Anda siap?




Menutup Tahun dengan Prestasi, dr. Ayu Widyaningrum Raih Anugerah Indonesia Women Leader 2024

Sebelumnya

Meiline Tenardi, Pendiri Komunitas Perempuan Peduli dan Berbagi

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Women