ISLAM mengajarkan umatnya untuk senantiasa menghormati tamu. Perilaku kita menghormati tamu adalah sebuah kemuliaan dalam Islam. Menjamu tamu adalah suatu bentuk kedermawanan dalam Islam.
Memuliakan tamu juga bagian dari syariat Islam. Siapa yang ingin menjalankan ajaran Islam dalam kehidupannya sehari-hari, maka ia harus mampu bersikap baik pada tamu. Tak hanya itu, sikap memuliakan tamu juga menjadi makin sempurnanya keimanan seseorang yang meyakini Allah dan datangnya akhirat. Karena itulah ia senantiasa mengisi hari-harinya di dunia menjadi amal salih.
“Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia memuliakan tetangga dan barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia memuliakan tamunya.” (Mutafaq’alaihi)
Dalam Surah Az-Zariyat ayat 24-27, Allah mencontohkan sikap Nabi Ibrahim memuliakan tamu. Beliau kedatangan tiga laki-laki berwibawa kuat dan berwajah tampan. Meski tidak mengenal mereka, Nabi Ibrahim membalas salam mereka dengan penghormatan yang lebih. Ia diam-diam masuk ke rumah lalu membawa daging sapi gemuk untuk jamuan para tamunya. Ternyata, ketiga tamu tersebut adalah para malaikat yang ingin mengabarkan kelahiran Ishaq, putranya.
Dalam sebuah hadis riwayat Muslim, Abu Hurairah menceritakan Rasul menerima tamu seorang nonmuslim. Diperaslah susu kambing hingga tujuh kali untuk menghormati sang tamu. Dan keesokan paginya, tamu itu memeluk Islam.
Menerima tamu dengan baik hendaknya dilakukan tanpa pandang bulu. Jangan sampai perilaku dan jamuan kita ditentukan oleh siapa yang datang ke rumah kita. Bukan lantas kita menyediakan makanan lezat berlimpah untuk tamu dari golongan berada, tapi hanya membawakan air putih kala yang datang adalah tetangga kampung sebelah yang tinggal di rumah petak kontrakan.
Meski harus mengupayakan yang terbaik dalam menjamu tamu, kita sebaiknya juga memperhatikan ayat berikut ini: “Allah tidak membebani jiwa kecuali sesuai dengan kemampuan.” (QS. Al-Baqarah: 286).
Rasanya tak perlu juga kita harus berutang sana-sini demi menampilkan kemewahan dalam menjamu tamu. Apalagi jika tujuan kita adalah demi menjaga gengsi.
Lantas bagaimana sesungguhnya cara kita memuliakan tamu?
Memang betul, kita harus memberikan jamuan terbaik yang kita miliki, lillahi ta’ala. Namun jangan lupakan hal berikut ini.
Kita hendaknya menyambut tamu dengan senyum yang tulus. Kemudian, kita menjawab salamnya dengan salam yang sempurna, mempersilakan duduk, menanyakan kabarnya, dan tak ada salahnya memberi pelukan hangat sebagai tanda kita menyambutnya dengan gembira. Penuhi hak tamu, antar tamu menuju pintu ketika ia ingin pulang, dan jangan menutup pintu sebelum tamu berlalu.
Kesopanan dan kehangatan kita tentulah akan menghadirkan kebahagiaan di hati tamu. Dan insya Allah, kita akan mendapat kebaikan dari kebaikan yang kita hadirkan dalam menjamu tamu.
KOMENTAR ANDA