KOMENTAR

PASANGAN muda asal West Sussex ini menjadi cibiran netizen. Pasalnya, Shannon Walsh, 23,  dan suaminya Jon, 28, memberi kebebasan bagi putra mereka berpakaian sesuka hatinya.

Padahal, Logan yang berusia dua tahun adalah anak laki-laki,  tapi ia lebih tertarik mengenakan gaun dan rambut bobble yang berwarna-warni. Shannon dan Jon membiarkan Logan mengenakan apa yang dia sukai tanpa khawatir tentang jenis kelamin dan apa yang  sebaiknya dikenakan oleh anak laki-laki.

Hal itu tentu mengundang kecaman dari orang-orang.  Mereka mengatakan,  gaya pengasuhan seperti ini salah dan “menjijikkan”. Mestinya, Shannon dan Jon mengenalkan kepada anaknya mana yang seharusnya dikenakan atau disukai oleh anak laki-laki.

Seperti dilansir dari Metro UK, Shannon dan Jon tak peduli akan kecaman tersebut. Ketika balita, Logan bahkan memilih gaun pertamanya sebuah pakaian My Little Pony dengan tutu.

“Sederhana saja; kita biarkan saja putra kita menjadi dirinya sendiri, tanpa memberitahunya 'ini untuk anak perempuan', 'itu untuk anak laki-laki'. Ketika orang berpikir, gaun hanya untuk anak perempuan, ternyata putra kami memilih gaun di toko amal dan saya membelinya untuknya, ia suka mengenakan gaun,” tukas Shannon.

Hal yang sama juga berlaku untuk mainan, permainan peran, rambut, dekorasi dan lain-lain. Menurut Shannon, mereka membiarkan anaknya membuat pilihan sendiri tanpa bujukan dari orangtua atau masyarakat. Mereka juga tidak pernah memberitahu Logan mana mainan yang layak untuk anak laki-laki.

Komentar kasar dari netizen tak membuat Shannon dan Jon tak gentar.

“Anak-anak seusia Logan ini tidak peduli apakah Anda laki-laki atau perempuan, mereka tidak peduli jika Anda mengenakan rok atau celana panjang, atau jika Anda suka mobil atau putri,” balas Shannon.

Menurut Shannon, walaupun Logan kerap menggunakan gaun dan suka dengan “warna-warna anak perempuan”, nyatanya Logan tahu identitasnya.

“Logan menyebut dirinya anak laki-laki; dia tahu dia punya penis, dia tahu apa yang dia suka dan tidak suka, dia tahu bahwa boleh saja ingin wajahnya dicat seperti unicorn karena mengapa hanya gadis-gadis yang dapat menikmati makhluk mistis, merah muda atau berkilau,” ungkap Shannon.

Seorang netizen mengirimi Shannon pesan. Mengatakan bahwa ia adalah orang tua yang menjijikkan karena mencoba memaksa anak untuk menjadi seorang gadis karena rambutnya dikuncir dan tidak mengenakan “warna anak laki-laki”.

Shannon hanya tertawa dan mengatakan ia cukup menghapus komentar-komentar negatif itu.
Sejauh ini, teman-teman sekolah Logan tidak berkomentar apa pun walau Logan kerap menggunakan gaun dengan kuncir rambut warna-warni yang ia sukai.

“Saya ingin membuat orang sadar bahwa pengasuhan yang netral gender bukanlah metode pengasuhan yang ekstrem sama sekali, itu sangat sederhana dan itu sesuatu yang masuk akal,” ujar Shannon.

Menyimak kasus di atas, peran keluarga sesungguhnya amat penting dalam mengenalkan gender kepada anak. Hal ini perlu sejak dini dilakukan agar anak tidak terlanjur merasa nyaman pada kondisi yang salah.

Hal ini juga untuk anak memahami identitasnya, serta perbedaan peran antara laki-laki dan perempuan.




Mengajarkan Anak Usia SD Mengelola Emosi, Ini Caranya

Sebelumnya

Jadikan Anak Cerdas Berinternet Agar Tak Mudah Tertipu Hoaks

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Parenting