KEBAKARAN hutan dan lahan (Karhutla), menyebabkan banyaknya penderita Infeksi Saluran Pernapsan Akut (ISPA). Upaya pencegahan dan pengobatan terus dilakukan oleh sektor kesehatan. Menkes menyarankan upaya pencegahan dapat dilakukan dengan memanfaatkan teknologi tepat guna.
Sekretaris Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit yang sebelumnya menjabat sebagai Kepala Pusat Krisi Kesehatan, Kemenkes dr. Ahmad Yurianto mengatakan dua tahun lalu Kemenkes pernah kerjasama dengan Institut Teknologi Bandung membangun save community pada masyarakat salah satunya menciptakan teknologi tepat guna sederhana berupa pemasangan kain dakron yang dibasahi.
''Setelah diuji coba di beberapa sekolah dan dilakukan pengukuran ISPU di dalam dan di luar kelas, ternyata udara lebih baik di dalam kelas karena terpasang kain dakron,'' katanya saat Rapat Koordinasi dengan Menkes Nila.
Dr. Ahmad Yurianto yang kerap disapa Yuri menambahkan pengalaman masalah Karhutla pada 2015, telah terjadi kematian pada anak. Hal itu sebenarnya disebabkan gastroenteritis dan dehidrasi berat karena kurang tersedianya air bersih.
''Saat itu sebenarnya episode yang diawali kekeringan dan sulit dapat air bersih sehingga yang muncul gastroenteritis. Terlambat melakukan rujukan karena memang warga takut asap di luar sehingga kematian ada. Informasi yang ramai meninggal karena asap padahal bukan,'' ungkapnya.
Menteri Kesehatan RI Nila Moeloek menambahkan permasalahan musim kemarau yang utama adalah air bersih. Poltekkes sempat menciptakan teknologi tepat guna berupa penjernih air dan berhasil menjernihkan air gambut di Kalimantan. “Kalau sudah musim kemarau yang utama itu air. Poltekkes sudah bisa menjernihkan air gambut, kecil alatnya,” kata Menkes.
Selain itu, Balai Teknik Kesehatan Lingkungan (BTKL) Batam 4 tahun lalu juga membuat teknologi penjernih air agar bisa langsung minum. Teknologi tersebut dijadikan replika untuk daerah agar bisa mengembangkan sendiri.
Dr. Yuri menambahkan teknologi tepat guna lainnya adalah oksigen konsentrator. Tim Pusat Krisis Kesehatan sempat memantau Puskesmas Pulang Pisau, Kalimantan Tengah yang bermasalah karena kabut asap yang begitu pekat.
''Kita datangi, kita beri oksigen konsentrator kemudian Puskesmasnya kita tutup pakai kain dakron. Tim Puskris mau mengecek lagi ke sana,'' tambah dr. Yuri.
Rencananya, tambah dr. Yuri, kalau oksigen konsentrator ini sesuatu yang bagus maka Direktorat Pelayanan Kesehatan Primer dapat meminta Puskesmas untuk menggunakan oksigen konsentrator. ''Ke sini juga, kami mengirim (oksigen konsentrator) ke Riau,'' katanya.
Terkait teknologi tepat guna ini, Menkes Nila mengatakan bisa dijadikan contoh untuk mencegah terjadinya masalah kesehatan akibat Karhutla.
''Ini bisa kita manfaatkan sebaik-baiknya. Bisa kita gunakan untuk masyarakat. Jangan sampai kita telat lagi dalam pencegahan,'' katanya
(Sumber : Biro Komunikasi Kemenkes)
KOMENTAR ANDA