KOMENTAR

DUNIA mode tidak bisa dipisahkan dari penulisan mode. Majalah Farah dan farah.id hadir di Jurusan Tata Busana, Universitas Negeri Jakarta (UNJ) pada tanggal 13, 20, dan 27 September 2019 untuk mengedukasi para calon disainer tentang pentingnya penulisan mode bagi karir mereka kelak.

Penulisan tentang dunia mode berkisar tentang profil disainer dan brand, perkembangan mode, laporan pargelaran busana, caption dan credit title halaman mode, padu-padan mode, hingga artikel berisi info mode.

Penulisan mode menjadi penting bagi disainer agar karya-karyanya bisa dikenal baik di hadapan publik. Di era teknologi informasi sekarang ini, penulisan mode tidak hanya bisa dilihat di majalah dan media online tapi juga di berbagai platform media sosial. “Caption foto mode di halaman Instagram atau skrip vlog tentang busana juga harus ditulis dengan baik, benar, selain harus atraktif. Untuk itu diperlukan pemahaman tentang kaidah jurnalistik selain penulisan secara umum,” kata Redaktur Pelaksana Majalah Farah, Ovi Shofianur.

Selain penulisan di media cetak, penulisan media online kini memegang peranan sangat penting. Penulis farah.id, Erin, menerangkan tentang pembuatan berita secara online dan penyaringan berita terkini, serta aplikasinya melalui gadget. Para mahasiswa diberi tugas untuk membuat beberapa jenis tulisan agar materi yang disampaikan langsung dapat dipraktikkan.

Koordinator Fesyen Majalah Farah, Pilmawati, yang juga alumnus Tata Busana UNJ menjelaskan tentang pekerjaan fashion stylist yang dapat menjadi alternatif profesi. “Seorang fashion stylist yang punya bekal teori dan praktik selama kuliah di Jurusan Tata Busana tentu dapat mengcreate padu-padan busana yang tidak hanya sedap dipandang tapi juga kaya filosofi dan kreativitas untuk disampaikan ke masyarakat,” ujar Pilma yang juga seorang hijab stylist.

Di sesi ketiga pengajaran Mata Kuliah Penulisan Mode ini, Majalah Farah menghadirkan disainer Nina Nugroho untuk berbagi pengalaman seputar dunia kreatif dan dunia bisnis mode. Nina menjelaskan banyak hal mulai dari suka-duka proses produksi serta tips dan trik bagaimana memulai bisnis mode.

Tak lupa, Nina berbagi pengalaman melanglang buana ke berbagai negara untuk fashion show. Salah satu yang sangat bersejarah adalah ketika ia memamerkan 20 koleksinya untuk Torino Fashion Week di tahun 2017. Pargelaran modest fashion itu adalah yang pertama di Italia.

Terkait cita-cita Indonesia menjadi kiblat mode modest fashion di tahun 2020, Nina Nugroho menjelaskan bahwa ia tak ingin hanya berkutat di panggung mode tapi lebih kepada berkarya terus- menerus dengan berbagai inovasi baru.

“Ada yang jauh lebih penting dari tampil di runway, yaitu bagaimana mengedukasi perempuan Indonesia untuk bisa berbusana dengan baik dan menjadi cerdas untuk membeli sesuai kebutuhan.

Dengan demikian, industri mode Tanah air akan lebih maju dan terpancar dari para perempuannya yang ‘melek’ fesyen,” kata disainer yang konsisten dengan ciri khas simpel dan elegan untuk busana kerjanya ini.

Jurusan Tata Busana UNJ yang diwakilkan oleh Ibu Mely selaku dosen, mengucapkan terima kasih atas kesediaan Nina Nugroho memberi banyak insight kepada para mahasiswa. Para mahasiswa diminta untuk aktif bertanya karena sesi tersebut menjadi ajang latihan wawancara, dan kemudian menulis hasil sharing tersebut. Sebagai hadiah, tulisan terbaik akan dimuat di farah.id.




Kolaborasi Internasional: Dosen Keperawatan Indonesia-Filipina Bersatu dalam Upaya Edukasi Kesehatan Masyarakat Manila

Sebelumnya

Catatan Akhir Tahun Paramadina x INDEF: Pentingnya Pertumbuhan Ekonomi yang Konsisten untuk Menjadikan Indonesia Negara Berpenghasilan Tinggi

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel C&E