KOMENTAR

JIKA Anda melewati Kuningan, Jakarta, Anda akan melihat jembatan lengkung bentang panjang  atau longspan.

Jembatan itu untuk lintas LRT Jabodebek yang telah selesai pengerjaan pengecorannya.

Banyak yang terpukau dan memuji karya indah itu termasuk Presiden Jokowi.

Lewat akun Instagramnya, Presiden Jokowi sangat mengagumi konstruksi long span yang melayang di atas flyover dengan bentuk melengkung sepanjang 148 meter dengan radius lengkung 115 meter.

Siapakah perancang long span itu?

Arvila Delitriana adalah sosok wanita di balik suksesnya rancangan long span Kuningan.

Awalnya Dina sempat diremehkan. Ia teringat ketika pertama kali datang membawa rancangannya dalam rapat. 

"Waktu saya datang pertama kali seperti jualan obat datang sendirian, ditanya 'bisa desain jembatan?' kata si Prancisnya," kisah Dina dalam suatu kesempatan.

Kemudian, datanglah salah satu direksi Adhi Karya yang mengatakan kepada si Perancis bahwa mereka telah menunggu lama untuk bisa kembali bekerjasama dengan Dina.

"Di situ saya tunjukin slide-slide jembatan saya di situlah dari Systra percaya saya bisa desain jembatan."

Jembatan longspan melengkung dengan panjang 148 meter belum pernah ada di Dunia.

Dina sendiri pernah membuat desain longspan sepanjang 180 meter di Perawang, Riau namun bentuknya lurus.

"Jadi yang dari Jepang bilang ini pertama kali di dunia kamu nggak bisa nyontoh. Ya ngapain nyontek. Tapi saya yakin bisa. Karena prinsip dasarnya ada, tapi ini panjang, memang tingkat risikonya yang akan lebih lama dan lebih besar," tuturnya.

Dina merupakan lulusan teknik sipil Institut Teknologi Bandung tahun 1989. Pendidikan S2 ditempuhnya di kampus yang sama dan menekuni geoteknik.

Dalam dunia perjembatanan, nama Arvila Delitriana sudah tak asing lagi. Ia telah berkiprah selama hampir 20 tahun dalam pembuatan jembatan.

Karyanya pun tak perlu diragukan lagi. Banyak jembatan di Indonesia yang merupakan hasil rancangan wanita berusia 49 tahun itu.

Dina sendiri mengaku tak khawatir jika karyanya dicontek oleh pihak ataupun bangsa lain. Menurutnya hanya buang-buang energi mematenkan desain yang juga sudah tersebar luas.

"Karena prinsip dasarnya menghitung. Toh gambar saya sudah tersebar ke mana-mana. Ke OCG sebagai pengawas, Systra sebagai checker, ke PU sebagai komite. Jadi energi saya tidak perlu dibuang untuk mematenkan itu. Karena sebetulnya memang tidak ada yang perlu saya tutup-tutupi, semua bisa akses," tambahnya.




Dari Bisnis hingga Politik, Jejak Karier Futri Zulya Savitri yang Inspiratif

Sebelumnya

Stella Christie, Ilmuwan Kognitif dan Guru Besar Tsinghua University yang Terpilih Jadi Wakil Menteri Dikti Saintek RI

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Women