Salah satu penggalan buku sekolah dasar anak militan ISIS/CNN
Salah satu penggalan buku sekolah dasar anak militan ISIS/CNN
KOMENTAR

KELOMPOK militan ISIS pada masa kejayaannya pernah menguasari sebagian wilayah Irak dan Suriah, yang jika digabungkan, memiliki luas yang diperkirakan setara dengan ukuran Inggris. Pada saat itu, ada setidaknya 12 juta orang yang hidup di dalamnya.

Mereka membentuk sistem kehidupan sendiri dalam banyak hal, termasuk dalam pendidikan anak usia dasar.

Sisa-sisa kejayaan mereka diabadikan di sebuah museum di Markas Intelijen Irak baru-baru ini. Museum ini menjadi semacam pengingat bahwa kekejamanan dan kebrutalan ISIS pernah berjaya dengan menghapus dan menghancurkan jejak budaya non-Islam di wilayah yang mereka kuasai dan tidak boleh lagi terulang.

Museum tersebut merekam jelas apa yang disebut dengan "manajemen kekejaman" ala ISIS hingga ke level pendidikan dasar bagi anak-anak.

Salah satu hal yang disimpan dalam museum itu adalah potongan buku pelajaran anak sekolah dasar.

Jika dilihat sepintas, buku-buku tersebut tampak seperti buku pelajaran anak biasa dengan warna-warni serta gambar ilustrasi yang memudahkan anak untuk belajar membaca dan berhitung.

Namun jika dilihat lebih seksama, ada hal yang berbeda pada buku-buku tersebut, yakni gambar serta ilustrasi yang digunakan.

Sebagai contoh, buku sekolah dasar yang mengajarkan aritmatika mengunakan gambar senapan jenis AK-47 sebagai ilustrasi. Sedangkan pembahasan soal trigonometri dijelaskan dalam konteks penembak jitu yang bekerja di luar jangkauan target manusianya.

Lewat penggalan buku itu terlihat bagaimana ISIS mendoktrin anak-anak dengan kekerasan sedini mungkin.

Buku-buku itu serta barang-barang peninggalan ISIS lainnya disatukan oleh Intelijen Militer Irak di Baghdad untuk memahami ISIS dan mempelajari pola kriminal mereka.

Musem itu sendiri belum dibuka untuk publik namun CNN menjadi jaringan media yang pertama diizinkan masuk dan melihatnya.

Selain buku anak-anak, salah satu koleksi lainnya yang disimpan dalam museum itu adalah koin yang dicetak sendiri untuk digunakan di dalam wilayah kekuasaan ISIS.

Kelompok itu juga bahkan membuat plat nomor kendaraan sendiri dan sempat bersiap untuk mengeluarkan paspor sendiri.

Salah satu koleksi mengerikan lainnya adalah salinan jadwal untuk sukarelawan pria muda yang ingin berhubungan seks dengan seorang wanita, baik seorang budak seks atau seorang wanita yang berbakti yang ingin memberikan seks gratis.




Gunung Lewotobi Kembali Meletus Disertai Gemuruh, Warga Diimbau Tetap Tenang dan Waspada

Sebelumnya

Timnas Indonesia Raih Kemenangan 2-0 atas Arab Saudi

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel News