TIDAK lama berselang setelah di dalam naskah “Woodhenge Jerman” (RMOL 2 Juli 2019) terungkap bahwa para ilmu termasuk paleontologi secara kelirumologis niscaya senantiasa perpetuum mobile berkelanjutan tanpa henti mengoreksi diri sendiri, mahaguru kemanusiaan saya, Sandyawan Sumardi berbagi berita berjudul “ TEMUAN FOSIL MANUSIA PURBA DI BREBES BISA MENGUBAH TEORI SEJARAH “ yang diberitakan TEMPO edisi 3 Juli 2019.
Fosil
Paleontolog Balai Paleontologi Yogyakarta, Harry Widyanto memberikan pernyataan terkait temuan fosil manusia purba di Kecamatan Bumiayu, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, dapat mengubah teori sejarah sebelumnya yang menyatakan bahwa manusia tertua di Indonesia berasal dari Sangiran, Sragen, Jawa Tengah, yang berasal dari Afrika. Temuan fosil manusia purba tersebut berupa tulang bonggol dan rahang serta akar gigi.
"Kalau bicara mengenai manusia purba, orientasinya bukan Indonesia, tapi Jawa, Javaman, itu sudah kondang. Nah, ini penemuan 1,8 juta tahun lalu di Bumiayu, di Bumiayu sudah ada dan itu multiregional," kata Harry.
Selain fosil manusia purba, para peneliti sebelumnya telah menemukan beberapa fosil lain di wilayah Bumiayu dan sekitarnya. Fosil tersebut berupa fosil gajah purba, rusa, banteng dan kerbau.
Lebih Tua
Fosil yang ditemukan di Sangiran usianya adalah 1,5 juta tahun, sedangkan yang di Bumiayu, usianya 1,8 juta tahun. Keberadaan situs Bumiayu telah menjadi perhatian sejak lama dan menjadi objek penelitian oleh para ahli purbakala sejak 1920-an.
"Keberadaan Homo erectus di Bumiayu sangat memungkinkan. Karena sekitar 2,4 juta tahun lalu, wilayah Bumiayu merupakan pantai timur Pulau Jawa sebelum akhirnya Pulau Jawa terbentuk seluruhnya seperti sekarang," tutur Harry.
Wilayah Bumiayu sampai dengan Tegal dulunya merupakan pantai timur dari Pulau Jawa. Kemudian muncul pulau, pertama daerah Jawa Barat, kemudian terus naik dan meluas hingga muncul wilayah Jawa Tengah dan Jawa Timur. Sehingga dapat dipastikan bahwa kehidupan purba di Bumiayu lebih tua dibandingkan di sebelah timur.
Percayamologi
Sebagai insan awam yang meminati paleontologi namun tidak pernah mampu melakukan penelitian paleontologis, saya pasrah percaya sepenuhnya terhadap apa yang dinyatakan oleh para paleontolog. Jelas secara percayamologis memang kepercayaan saya bersifat subyektif maka tidak menjamin apa yang saya percayai adalah tepat dan benar. Apalagi setelah menghayati inti makna kelirumologi maka saya tersadarkan atas fakta tak terbantahkan bahwa pada hakikatnya manusia tidak sempurna, maka dengan sendirinya serta merta pemikiran manusia termasuk apa yang disebut sebagai ilmu pengetahuan dan teknologi mustahil sempurna.
Percaya saya-an sich juga mustahil sempurna. Keniscayaan ketidak-sempurnaan itu niscaya hadir pada kelirumologi mau pun segenap logi-logi lain-lainnya termasuk paleontologi. Maka untuk sementara ini, saya pasrah percaya kepada pernyataan paleontologis terbaru bahwa fosil manusia purba Brebes lebih tua usia ketimbang fosil manusia purba Sangiran.
Secara kelirumologis mau pun percayamologis, kepercayaan saya bertahan sampai dengan ada pernyataan paleontologis lebih baru lagi tentang penemuan fosil manusia purba yang dianggap oleh para paleontolog sebagai lebih tua usia ketimbang fosil manusia purba Brebes.
Selaras pameo percayamologi : Percayamu Percayamu, Percayaku Percayaku maka bagi mereka yang tidak percaya teori evolusi, paleontologi, arkeologi atau apa pun silakan secara demokratis tetap berpegang teguh pada kepercayaan masing-masing selama tidak percaya dan/atau percaya belum dilarang oleh undang-undang dan/atau merugikan pihak tertentu.
Penulis adalah pendiri Pusat Studi Kelirumologi
KOMENTAR ANDA