BUKAN hanya polusi udara yang bisa mengganggu kelangsungan hidup, tetapi juga polusi udara. Dan bukan manusia saja yang kerap “keberisikan” oleh suara-suara bising di sekitar. Beberapa hewan juga sangat sensitive pada kebisingan itu.
Kebisingan yang terciptra oleh manusia atau yang dihasilkan dari kesibukan manusia, mestinya diperlakukan sebagai polutan global.
"Hewan yang terganggu mulai dari amfibi, artropoda, burung, ikan, mamalia, moluska, dan reptil berbagai ukuran," kata ilmuwan dari Queen's University Belfast, mengutip Phys.org, Selasa (26/11).
Suara bising itu bukan saja muncul dari kendaraan, pesawat, kapal di lautan, namun juga wilayah industri di pusat-pusat kota yang padat. Studi yang dipublikasikan dalam Royal Society's Biology Letter menyebutkan respon hewan terhadap suara bising dari manusia memang tidak selalu langsung dirasakan. Namun beberapa contoh mengungkapkan kalau suara buatan manusia berdampak negatif.
Misalnya saja suara bising terbukti menganggu sistem deteksi sonar yang digunakan kelelawar untuk menemukan mangsa.
Sistem sonar yang terganggu juga dialami oleh hewan paus. Suara yang dihasilkan oleh kapal-kapal yang melaju di lautan membuat mereka kehilangan arah. Di sisi lain, mangsa pun juga turut terkena imbas.
Beberapa hewan yang mengandalkan suara untuk mendeteksi pemangsa akan mengalami kesulitan untuk menghindari predator.
"Mereka mungkin tak dapat mendengar sehingga tak cukup waktu untuk melarikan diri," kata Hansjoerg Kunc, salah satu peneliti studi ini
Dengan berbagai bukti itu, kebisingan harus dianggap sebagai bentuk perubahan lingkungan dan polusi yang serius karena mempengaruhi spesies akuatik dan terestrial.
"Polusi suara manusia dan respon hewan terhadapnya harus dilihat dalam konteks ekosistem. Terutama ketika mempertimbangkan upaya konservasi. Analisis kami memberkan bukti kuantitatif yang diperlukan untuk menanggulangi masalah ini dengan lebih efektif," tambah Kunc.
KOMENTAR ANDA