SEMENTARA Bukit Duri digusur atas nama pembangunan dengan mengorbankan rakyat, maka Bukit Peramun dibina atas nama pembangunan secara berkelanjutan tanpa mengorbankan rakyat.
Ista
Terberitakan oleh laman resmi Kementerian Pariwisata bahwa desa Bukit Peramun di pulau Belitung sebagai desa binaan Bakti BCA menerima anugrah penghargaan dalam ajang ISTA (Indonesian Sustainable Tourism Awards) pada Kamis (26/9/2019) di Jakarta.
Desa Bukit Peramun berhasil meraih penghargaan sebagai pemenang Green Gold kategori Pelestarian Lingkungan dari ajang Indonesia Sustainable Tourism Award.
Kementerian Pariwisata menyatakan bahwa ISTA dilaksanakan bukan sebagai kompetisi untuk membandingkan antar destinasi/daya tarik wisatawan/bisnis pariwisata, akan tetapi untuk memotivasi destinasi lainnya agar dapat meningkatkan pengembangan pariwisata berkelanjutan.
Selain itu, ISTA membangun dan meningkatkan kesadaran masyarakat serta para pelaku pariwisata mengenai Pembangunan Pariwisata Berkelanjutan serta memberikan apresiasi kepada destinasi-destinasi yang telah menerapkan prinsip Pariwisata berkelanjutan.
Pariwisata
Executive Vice President CSR BCA, Inge Setiawati menyatakan, pihaknya mengapresiasi perihal desa binaannya yang berhasil menjadi pemenang dalam ajang penghargaan yang diselenggarakan oleh Kementerian Pariwisata.
Keberhasilan tersebut menjadi kebanggaan bersama bagi segenap warga desa Bukit Peramun . Bukit Peramun memiliki puncak tertinggi berupa singkapan boulder granite pada ketinggian + 129 mdpl. Pada bagian puncak bukit ini banyak dipenuhi dengan singkapan boulder granite yang menawan dan mengagumkan dengan berbagai bentuk dan ukuran (batu kembar, batu dinosaurus,dll) yang sangat besar.
Untuk membuat tempat ini menjadi lebih menarik namun tetap menjaga kelestarian lingkungan yang ada, diawali dengan melakukan identifikasi secara swadaya tercatat ada 147 jenis flora dan 73 jenis fauna, dan 80% dari flora atau tanaman berkhasiat sebagai obat.
Penamaan “Peramun” itu sendiri berasal dari kata peramu atau ramu atau peramuan, yang muncul karena tradisi masyarakat zaman dulu secara turun temurun menjadikan Bukit Peramun sebagai tempat tumbuhnya beraneka ragam tumbuhan lokal yang bermanfaat sebagai jamu, sehingga Bukit Peramun sering dijadikan tempat meramu jamu yang dilindungi secara adat oleh masyarakat setempat.
Tarsius dan Digital
Beberapa daya tarik priwisata Bukit Peramun adalah Rumah Hobbit, Jembatan Merah, Batu Kembar, Mobil Terbang, Panggung Bulin, Rumah Pohon, Puncak bukit, dan wisata malam Tarsius. Tarsius atau Pelilian, merupakan fauna langka yang mendiami Bukit Peramun.
Kegiatan konservasi tarsius dialam bebas sudah dilakukan + 2 tahun terakhir, kegiatan inventarisir jumlah tarsius dan pemetaan habitat dilakukan secara swadaya. Bagi peminat wisata malam untuk melakukan pengamatan tarsius langsung di alam bebas dapat dilakukan pada beberapa lokasi, dan akan dipandu oleh guide yang professional dalam mencari tarsius di alam bebas.
Desa Belitung juga dikenal sebagai desa berbasis digital, karena keberhasilan pengurus desa dalam mengaplikasikan sistem QR Code untuk memperkenalkan jenis dan manfaat tanaman dengan panduan virtual dalam dua bahasa (Indonesia dan Inggris).
Desa Peramun dikembangkan oleh BCA melalui serangkaian kegiatan pembinaan dan pemberdayaan masyarakat yang berorientasikan kualitas pelayanan unggul kepada wisatawan selaras agenda Pembangunan Berkelanjutan.
Pembangunan Berkelanjutan
Keberhasilan BCA membina desa Bukit Perambun merupakan bukti tak terbantahkan bahwa Pembangunan Berkelanjutan dapat diwujudkan tanpa mengorbankan rakyat dan alam.
Masyarakat desa atau kampung sama sekali tidak layak dicemooh sebagai terbelakang sebab apabila diberi kesempatan apalagi dukungan maka masyarakat rural mampu mempersembahkan karsa dan karya tidak kalah unggul ketimbang masyarakat urban.
Pembangunan justru sebaiknya diawali di desa atau kampung sebagai landasan peradaban bangsa.
Ibarat pembangunan rumah memang tidak dimulai dari atap sebagai bagian atas rumah namun dimulai dari tanah sebagai landasan di mana bangunan rumah berdiri.
Penulis adalah pembelajar agenda pembangunan berkelanjutan
KOMENTAR ANDA