AKTIVIS Yenny Wahid, putri kedua mendiang Gus Dur, menyebut bahwa belakangan ini terjadi perkembangan terhadap peran perempuan dalam aksi terorisme.
Menurut Yenny, perempuan memiliki porsi lebih besar dalam aksi-aksi tersebut, misalnya dengan menjadi pelaku bom bunuh diri.
"Dari beberapa kasus yang kita lihat, banyak perempuan yang sekadar ikut suami atau didoktrin bahwa dia harus taat kepada suami," ujar Yenny, usai acara Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) yang bertajuk "Perempuan Hebat untuk Indonesia Maju" di Hotel Ritz Carlton, SCBD, Jakarta, Minggu (22/12).
Ia menyayangkan, tak hanya wanita tetapi juga adanya keterlibatan anak-anak dalam aksi tersebut.
Padahal, perempuan juga memiliki peran penting dalam mencegah intoleransi dan radikalisme berkembang. Menurut Yenny, perempuan yang kritis juga berperan mencegah keterlibatan anak-anak dalam aksi teror.
"Perempuan punya potensi untuk mencegah radikalisme ketika dia diberdayakan, ketika dia dikuatkan, disadarkan tentang perannya untuk menjaga perdamaian, untuk menciptakan masyarakat yang damai," ungkap Yenny.
Langkah pertama untuk mencegahnya adalah memperlakukan perempuan dan laki-laki secara setara.
"Kita harus memperlakukan laki-laki dan perempuan secara setara, dalam hal ini artinya dua-duanya bisa berpotensi menjadi orang-orang yang intoleran dan radikal. Jadi jangan lengah," tuturnya.
Yenny mengatakan bahwa perempuan akan menjadi lebih kritis ketika diberdayakan dan disadarkan kepada hak-haknya. Dengan begitu, kaum perempuan dapat memberi sanggahan apabila diajak suami untuk melakukan tindakan radikal.
Sebab, menurutnya, banyak perempuan yang ikut melakukan aksi teror karena diajak oleh suami. Hal itu pun dilihat sebagai bentuk ketaatan pada suami.
"Ketika perempuan diberdayakan, ketika perempuan disadarkan akan haknya, maka dia kemudian bisa lebih bersikap kritis, ketika diajak oleh suaminya untuk melakukan tindakan-tindakan radikal," tutupnya.
KOMENTAR ANDA