PASIEN diabetes di Amerika Serikat mulai banyak yang melakukan pertukaran obat diabetes tidak resmi. Hal ini terjadi karena sistem perawatan kesehatan di negeri Paman Sam itu tidak mampu memenuhi kebutuhan pasien.
Begitu hasil penelitian terbaru yang dirilis dalam Journal of Diabetes Science and Technology baru-baru ini.
Melalui survei, para peneliti menemukan bahwa sekitar setengah dari para pasien diabetes yang melakukan pertukaran obat secara tidak resmi mengatakan bahwa mereka melakukannya karena tidak memiliki akses ke obat-obatan dan persediaan yang tepat untuk mengelola diabetes mereka.
"Penting bagi penyedia layanan kesehatan dan pembuat kebijakan untuk memahami apa yang dilakukan orang-orang untuk mendukung manajemen diabetes ketika dihadapkan dengan masalah-masalah akses obat dan akses," kata pemimpin penelitian, Michelle Litchman dari Fakultas Keperawatan Universitas Utah di Salt Lake City.
Penelitian yang sama menunjukkan bahwa salah satu pengeluaran termahal para pasien diabetes adalah insulin. harga insulin terus meningkat hingga 15 dolar AS per hari untuk rata-rata pengguna di Amerika Serikat. Hal itu membuat satu dari empat orang dengan diabetes menjatah insulin mereka.
"Meskipun ada risiko menggunakan obat-obatan dan persediaan yang tidak diresepkan untuk mereka, ada juga risiko untuk menjatah atau tidak minum obat atau menggunakan persediaan sama sekali," kata Litchman, seperti dimuat Reuters.
Penelitian ini dilakukan pada awal tahun 2019 dengan mensurvei 159 orang yang terlibat dalam komunitas diabetes online. Termasuk di antara mereka adalah pasien dan perawat. Para peneliti mengajukan pertanyaan tentang kegiatan jual-beli obat diabetes bawah tanah, akses ke perawatan kesehatan dan kesulitan dalam membeli barang-barang untuk penanganan diabetes dari sumber standar.
Hasilnya, ditemukan lebih dari setengah peserta survei mengatakan bahwa mereka kerap menyumbangkan obat-obatan atau persediaan kepada sesama yang membutuhkan. Pertukaran ini terjadi di antara keluarga, teman, rekan kerja, kenalan daring dan orang asing.
Mereka menyumbangkan obat-obatan mengaku merasa harus memberi karena mereka tahu tentang kebutuhan orang lain. Di antara obat yang disumbangkan kepada sesama pasien diabetes adalah insulin, pil, strip glukosa, sensor, dan persediaan pompa.
Para peneliti memperingatkan bahwa pertukaran semacam ini bisa menyebabkan beberapa dampak, termasuk efek samping yang tidak terduga, komplikasi penggunaan yang salah, keterlambatan dalam mencari bantuan profesional dan interaksi obat. Selain itu, berbagi dan berdagang obat resep adalah ilegal di AS dan negara lain.
"Situasi kesehatan saat ini di Amerika Serikat di bawah standar bagi banyak orang dengan penyakit kronis," kata Mary Rogers dari University of Michigan, di Ann Arbor, yang tidak terlibat dalam penelitian ini.
"Itu terlalu mahal. Terlalu lambat. Terlalu rumit," sambungnya.
"Kegagalan untuk memperbaiki masalah ini menyebabkan komplikasi diabetes dan rawat inap yang tidak perlu," tambahnya.
KOMENTAR ANDA