Hellen Bakele/Net
Hellen Bakele/Net
KOMENTAR

PERKAMPUNGAN kumuh di Kampala adalah rumah bagi 20 ribu warga miskin kota yang hidup dalam kondisi padat di mana perempuan sering menjadi korban kejahatan.

Suatu malam, Hellen Baleke sedang berjalan di daerah kumuh Katanga, lingkungan Kampala-nya, ketika seorang pria muda mendekatinya dan mulai menyentuhnya.

“Saya tidak suka anak laki-laki menyentuhku. Saya tahu jika dia melakukannya, hasil akhirnya adalah kehamilan dan HIV. Jadi ketika dia meraba-raba saya, saya ingin melawannya. Tetapi dia memukuli saya." 

Itu adalah curhatan Hellen Baleke, suatu ketika, jauh sebelum ia akhirnya berhasil meraih medali perunggu tinju wanita Middleweight Afrika.

Baleke pulang ke rumahnya dengan hidung berdarah. Dia tidak memberi tahu kejadian itu kepada ibunya atau bagaimana ia menyiasatinya. Baleke mulai menyelinap keluar rumah pagi-pagi untuk berlatih menjadi petinju.

Dan sang ibu pun bercerita bagaimana Baleke mengalahkan teman berlatihnya. 

“Saya menunggunya dan ketika dia kembali, dia berkata, 'Mama, saya mengalahkan seorang gadis.' Dan saya bertanya, 'Apa? Kamu membuat seorang gadis pingsan? ”Saya berkata kepadanya,“Kamu akan dipukuli, tetapi jangan pulang sambil menangis. Mereka akan mengalahkanmu, itu akan terjadi padamu. 'Saya sama sekali tidak senang,"  kata Sarah Bagoole, ibu Baleke.

Sarah tetap menyemangati kegiatan tinju putrinya. Hal ini baik untuk bekal anaknya membela diri juga untuk meraih medali.

Bakele berhasil dalam pertandingan tinju Afrika di Rabat, Maroko dan memenangkan medali perunggu. Ia menjadi petinju wanita pemenang medali pertama di Uganda dalam usia 18 tahun.

Ternyata Baleke juga anak yang penuh perhatian, ia mengajak teman-teman dan para perempuan di sana untuk berlatih tinju, daripada berkeliaran di jalan.

“Di sini masih banyak anak muda, gadis-gadis yang hanya keluyuran, mabuk, hamil, dan punya anak di saat seharusnya mereka menikmati kesuksesan. Banyak yang jadi pecandu narkoba dan menjual semua hartanya untuk membeli narkoba. Itu menyakitkan saya," kata Moureen Ajambo, seorang penata rambut yang senang  melihat cara Bakele mengisi waktunya.

Pelatih tinju di Rhino Boxing Club, Innocent Kapalata, mengatakan saat ini semakin banyak perempuan muda bergabung dengan klub.

“Kebanyakan dari mereka datang untuk berlatih tinju hanya untuk balas dendam. Saya berusaha keras untuk menyadarkannya, dengan mengatakan, kami tidak melatih petinju untuk membalas dendam tetapi untuk tetap bugar dan sehat. Hal lain yang saya katakan, tinju adalah bisnis. Anda bisa beruntung dan menghasilkan uang," kata Innocent Kapalata.

Baleke berinisiatif mendirikan sebuah lokakarya menjahit, agar perempuan bisa segera mendapatkan uang paling cepat untuk bisa berlatih tinju.

Baik mengajarkan cara menusukkan jarum ke kain atau meninju lawan di atas ring, Baleke memberdayakan perempuan muda di daerah kumuh Katanga, Uganda.




Dari Bisnis hingga Politik, Jejak Karier Futri Zulya Savitri yang Inspiratif

Sebelumnya

Stella Christie, Ilmuwan Kognitif dan Guru Besar Tsinghua University yang Terpilih Jadi Wakil Menteri Dikti Saintek RI

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Women