KOMENTAR

DUA warga negara Indonesia yang disandera selama tiga bulan oleh kelompok militan pimpinan Abu Sayyaf di Filipina selatan akhirnya bertemu kembali dengan keluarganya.

Dua WNI itu terbang ke Indonesia bersama Duta Besar Republik Indonesia untuk Republik Filipina Sinyo Sarundajang.

Samiun Maneu (27) dan Maharuddin Lunani (48)  tak bisa menahan rasa haru dan bahagia ketika bisa melihat keluarganya lagi. Keduanya dipertemukan dengan keluarganya di Kementerian Luar Negeri pada Kamis (26/12), setelah dibebaskan pada Minggu (22/12) oleh militer Filipina.

Pertemuan dua keluarga itu membuat semua yang hadir larut dalam keharuan. Bahkan Menteri Luar Negeri Retno Marsudi juga nampak berkaca-kaca.  Setelah selama 90 hari berada dalam penyanderaan, akhirnya selamat dan kembali pada pelukan keluarga. 

Keluarga berterima kasih atas upaya pemerintah Indonesia yang menyelamatkan dua WNI sehingga mampu berkumpul kembali dengan keluarga. 

"Kami selaku masyarakat kepulauan Buton merasa berterima kasih karena ini upaya yang sangat luar biasa, tidak semudah itu mengembalikan tahanan yang menjadi tahanan di negara lain," ujar Samiun.

Istri dari Maharuddin, Wa Daya, juga mengucapkan terima kasih karema suaminya telah kembali. "Kami bersyukur kepada Allah SWT dan juga Bapak Presiden Republik Indonesia Widodo dan wakilnya, dan juga Bapak Prabowo yang membebaskan suami saya," ujar Wa Daya.

Wa Daya memeluk erat suaminya ketika bertemu pada acara penyerahan resmi dua WNI kepada pemerintah. Mengenakan hijab orange motif dan gamis warna gelap, Wa Daya terus-terusan menyusut airmatanya. Ia bahagia bisa bertemu suaminya lagi, namun ia juga masih sangat sedih mengingat nadib  putera mereka yang belum bisa dibebaskan.

Putra Maharuddin, yaitu Muhammad Farhan, hingga kini masih disandera oleh Kelompok Abu Sayyaf.

Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengungkapkan pihaknya berusaha menyelamatkan Muhammad Farhan.  "Ke depan upaya preventif menjadi sangat penting artinya agar tidak jatuh korban lagi di masa mendatang," ujar Retno.

Sebelumnya, ketiga nelayan diculik kelompok Abu Sayyaf pada September lalu di perairan Tambisan,  yang berdekatan dengan Filipina selatan.

Melalui pesan video yang beredar, ketiganya mengaku disandera pada 24 September lalu dan meminta kepada Presiden Joko Widodo membebaskan mereka dari sekapan Abu Sayyaf yang meminta uang tebusan sekitar Rp8 miliar.




Dukung Presiden Prabowo Bawa Ahli Medis India ke Indonesia, Andi Arief: Kasihan Rakyat Kecil Tidak Punya Jalan Keluar untuk Transplantasi Organ

Sebelumnya

Gunung Lewotobi Kembali Meletus Disertai Gemuruh, Warga Diimbau Tetap Tenang dan Waspada

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel News