Salah satu korban perdagangan manusia ke China melalui pernikahan/AP
Salah satu korban perdagangan manusia ke China melalui pernikahan/AP
KOMENTAR

NASIB malang dialami ratusan wanita dan gadis belia asal Pakistan. Mereka dijual untuk menjadi pengantin bagi pria-pria di China. Begitu hasil penyelidikan tim penyelidik Pakistan yang dilihat oleh media Associated Press.

Dugaan soal penjualan wanita tersebut sebenarnya telah menjadi pemberitaan utama di Pakistan awal tahun ini, ketika penyelidik menangkap pria asal China dan Pakistan yang dituduh memfasilitasi "pernikahan" semacam itu.

Namun tidak lama setelah menjadi sorotan, media Pakistan membatalkan kabar tersebut karena diduga mendapatkan tekanan politik. Bukan hanya itu, penyelidikan soal jumlah kasus penjualan wanita dan anak perempuan ke China juga dihentikan pada Juni tahun ini.

Hal itu terjadi karena diduga ada tekanan dari pemerintah Pakistan yang khawatir bahwa jika kabar tersebut diangkat ke publik dan semakin besar, maka akan merusak hubungan Pakistan dengan China. Negara tersebut diketahui menanamkan investasi dalam jumlah besar di Pakistan.

Namun laporan terakhir yang berhasil dilihat Associated Press awal Desember 2019 ini menunjukkan bahwa ada setidaknya 629 wanita dan anak perempuan yang dijual sebagai pengantin dan diboyong ke negeri tirai bambu sejak tahun 2018 lalu.

Banyak wanita dan anak perempuan yang menjadi korban perdagangan itu berasal dari komunitas Kristen Pakistan yang miskin dan terpinggirkan. Para calo biasanya mengiming-imingi mereka dengan tawaran sejumlah uang.

Kemudian setelah para pengantin wanita ini tergiur dan melakukan pernikahan palsu, mereka pun dibawa ke China. Di negara itu, banyak kabar bahwa para wanita dan anak perempuan tersebut terisolasi. Bahkan tidak sedikit yang mengalami penganiayaan serta kesulitan untuk bisa mencari bantuan apalagi untuk kembali ke Pakistan. Selain itu, ada juga dugaan bahwa beberapa wanita dipaksa menjadi pelacur.

Sayangnya, kabar tersebut tidak banyak diangkat di publik Pakistan. Padahal, penanganan atas kasus tersebut bisa dibilang kacau balau. Betapa tidak pada Oktober lalu, sebuah pengadilan di Faisalabad memutus bebas 31 warga negara China yang didakwa sehubungan dengan perdagangan manusia.

Bukan hanya itu, menurut seorang pejabat pengadilan dan seorang penyelidik polisi anonim yang mengetahui kasus tersebut, beberapa wanita yang pada awalnya diwawancarai oleh polisi, tiba-tiba saja menolak untuk memberikan kesaksian karena mereka diancam atau disuap untuk diam.

Dugaan itu diamini oleh seorang aktivis Kristen bernama Saleem Iqbal. Dia kerap membantu orang tua menyelamatkan beberapa gadis muda dari China dan mencegah korban-korban lain dari dikirim ke sana.

Dia mengatakan bahwa pada saat yang sama, pemerintah Pakistan telah berusaha untuk membatasi penyelidikan, memberikan tekanan besar pada pejabat dari Badan Investigasi Federal (FIA) yang mengejar jaringan perdagangan manusia.

"Beberapa (pejabat FIA) bahkan dipindahkan," kata Iqbal dalam sebuah wawancara.

"Ketika kami berbicara dengan penguasa Pakistan, mereka tidak memperhatikan," tambahnya, seperti dimuat Associated Press.

Ditanya tentang keluhan tersebut, menteri dalam negeri dan luar negeri Pakistan menolak memberikan komentar.

Beberapa pejabat senior yang mengetahui peristiwa tersebut mengatakan bahwa investigasi soal kasus perdagangan manusia melamat dan para penyelidik pun frustasi. Bukan hanya itu, media Pakistan juga telah didorong untuk mengekang pelaporan mereka tentang perdagangan manusia.

"Tidak ada yang melakukan sesuatu untuk membantu gadis-gadis ini," kata salah seorang pejabat anonim.

"Seluruh raket terus berlanjut, dan terus bertambah. Mengapa? Karena mereka tahu mereka bisa lolos begitu saja. Pihak berwenang tidak akan menindaklanjuti, semua orang ditekan untuk tidak menyelidiki. Perdagangan orang meningkat sekarang," tambahnya.




Stella Christie, Ilmuwan Kognitif dan Guru Besar Tsinghua University yang Terpilih Jadi Wakil Menteri Dikti Saintek RI

Sebelumnya

Nicke Widyawati Masuk Fortune Most Powerful Women 2024

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Women