BEBERAPA waktu lalu, berita WNI menjadi korban kekerasan dan perampasan di Philadelphia sempat membuat cemas.
Dalam satu bulan terakhir, setidaknya tujuh warganegara Indonesia menjadi korban kejahatan di kawasan Philadelphia Selatan.
Farah pun segera mencari informasi terkait hal ini dan menghubungi Direktur Pelindungan WNI dan Badan Hukum Indonesia, Judha Nugraha.
Ternyata Judha membenarkan adanya kasus kriminal yang dialami WNI di Philadelphia.
"Ya, benar. Telah terjadi beberapa kasus kriminal perampokan di Philadelphia di mana WNI menjadi korban. Saat ini kasus telah ditangani KJRI New York," terang Judha, Minggu (5/1).
Kawasan Philadelphia memang cukup rawan kejahatan. Selain WNI, ada juga korban dari negara lain. Hingga saat ini kasus yang terjadi adalah kriminal murni perampokan, sebut Judha.
"Kasus ini tidak hanya terjadi terhadap WNI, namun juga warga lainnya. Wilayah South Philadephia memang termasuk rawan kejahatan.
Konsul Jenderal (Konjen) Republik Indonesia New York, Dr Arifi Saiman telah mengunjungi para WNI yang menjadi korban kejahatan di Philadelphia dan menyerahkan bantuan bagi para korban, Rabu (1/1).
Konjen Arifi juga berdiskusi dengan perwakilan organisasi masyarakat Indonesia mengenai upaya-upaya untuk mencegah terulangnya kejahatan yang bisa menimpa WNI di Philadelphia.
Arifi mengimbau seluruh WNI di Philadelphia untuk selalu waspada, hindari membawa uang tunai berlebih, hindari penggunaan hal-hal yang dapat menarik perhatian pelaku kejahatan, dan melaporkan keberadaan mereka apabila akan tinggal di luar negeri selama lebih dari 30 hari.
KJRI New York juga menghadiri pertemuan dengan Philadelphia Police Department untuk membahas maraknya tindak kejahatan terhadap WNI dan warga pendatang lainnya di Philadelphia Selatan.
Pertemuan itu sekaligus untuk meminta dukungan dan peningkatan patroli keamanan di wilayah tersebut, mengusut tuntas dan menindak tegas para pelaku kejahatan.
Philadelphia, negara bagian Pennsylvania, Amerika Serikat, bukanlah tempat yang asing bagi sebagian warga negara Indonesia.
Di sanalah para imigran Indonesia mencari penghidupan yang layak.
Philadelphia dipilih, karena banyaknya lapangan kerja di pabrik dan standar hidup di Philadelphia juga lebih murah bila dibandingkan kota lain di AS, seperti New York, Los Angeles, atau San Fransisco. Kejadian krisis moneter pada 1998 membuat banyak WNI yang memilih pindah ke sana.
Belakangan, yang sudah pernah merasakan mencari kerja di Philadelphia dan nyamannya tinggal di sana, biasanya akan menghubungi saudara di tanah air agar mengikuti jejaknya.
"Jumlah WNI yang tercatat di KJRI New York yang tinggal di Philadelphia jumlahnya ribuan. Sekitar 5.800 orang," terang Judha.
Kini, para imigran dari Indonesia sudah mendapat surat izin tinggal dan mendapat pekerjaan yang lebih baik. Bahkan, ada yang bekerja di sektor-sektor publik seperti rumah sakit, kantor swasta, dan pemerintah. Ada pula yang keluar dari pabrik dan mendirikan usaha seperti restoran dan toko di Philadelphia.
Para imigran itu juga ada yang membuka toko, dan telah mampu memiliki tinggal sendiri di Philadelphia.
KOMENTAR ANDA