Ilustrasi/Net
Ilustrasi/Net
KOMENTAR

SEBAGAI seorang beriman, siapa yang tidak mau ditolong Allah? Semua pasti mengharapkannya. Bahkan di setiap rakaat shalat, kita selalu mengiba pertolongan-Nya dengan terus membaca “iyyaka na/budu wa iyyaka nasta’in”. Artinya, hanya kepada-Mu kami meminta pertolongan.

Lalu, apa yang harus kita lakukan agar menjadi hamba yang layak ditolong Allah? Kita bisa belajar kepada Siti Hajar, istri Nabi Ibrahim. Sebab dalam sejarah tercatat, beliau adalah wanita yang mendapat pertolongan langsung dari Allah. Yaitu, air yang keluar dari padang sahara yang tandus yang kemudian dikenal dengan air zamzam.

Kala itu, Ismail kecil sangat kehausan sementara perbekalan mereka sudah habis. Tidak ada yang tersisa, bahkan ASI pun sudah kering. Hajar pergi ke sana ke mari mencari air. Antara Bukit Sofa dan Bukit Marwah, sampai tujuh kali.

Ia sampai memicingkan mata mencari air atau sekiranya ada kafilah yang lewat. Tapi hasilnya nol, hingga akhirnya Allah memberikan pertolongan dengan mengeluarkan air dari bawah telapak kaki Ismail.

Dari kisah ini kita dapat mengambil dua keistimewaan, keyakinan kepada Allah dan totalitas dalam berikhtiar. Yakinlah bahwa Allah tidak akan menyia-nyiakan kita. Allah yang memerintahkan, sudah pasti Allah pula yang akan menjaga keselamatan umatnya. Itu keyakinannya.

“Apakah Allah yang memerintahkan ini, duhai Ibrahim?” tanya Hajar.

“Iya,” jawab Ibrahim, singkat.

“Jika demikian, pergilah. Tinggalkan kami, karena Allah tidak akan menyia-nyiakan kami,” tegas Hajar.

Hubungan antara keyakinan dengan mengundang pertolongan Allah sangatlah kuat. Seperti sabda Rasulullah yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim: “Allah Ta’ala berfirman: Aku sesuai persangkaan hamba-Ku. Aku bersamanya ketika ia mengingat-Ku. Jika ia mengingat-Ku saat bersendirian, Aku akan mengingatnya dalam diri-Ku. Jika ia mengingat-Ku di suatu kumpulan, Aku akan mengingatnya di kumpulan yang lebih baik daripada itu (kumpulan malaikat)”.

Yang kedua adalah totalitas dalam berikhtiar. Dari uraian sebelumnya, kita tahu bagaimana bulatnya keyakinan Hajar akan pertolongan Allah. Ketika ia mendapati Ismail kecil meronta-ronta kehausan, tidak lantas berdiam diri menanti air hujan turun dari langit.

Umar bin Khatab pernah bertutur; “Wahai hamba-hamba Allah, bekerjalah! Karena sesungguhnya anugerah Allah tidaklah diperoleh dengan duduk dan bermalas-malasan disertai berharap-harap pada pemberian sesama insan!

Kini, kita coba bercermin pada diri masing-masing. Sudahkah kita memantaskan diri untuk mendapatkan pertolongan Allah, layaknya Hajar?




Sekali Lagi tentang Nikmatnya Bersabar

Sebelumnya

Anjuran Bayi Menunda Tidur di Waktu Maghrib Hanya Mitos?

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Tadabbur