DI hadapan mahasiswa-mahasiswi Universitas Soka, Tokyo, Jepang, Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri mengaku selalu ditertawakan saat awal-awal menjadi seorang pimpinan partai politik.
"Saya selalu ditertawakan ketika menjadi pimpinan partai, karena perempuan (dinilai) tidak bisa apa-apa," ucap Megawati.
Ia menyampaikan hal usai dianugerahi gelar Doktor Honoris Causa (DR HC) dari Universitas Soka, Rabu (8/1).
Kepada para mahasiswi Universitas Soka, dia meminta untuk berani mengambil keputusan sama halnya dengan pria. Putri Soekarno itu bercerita bagaimana awal mula menjadi seorang pimpinan partai politik.
Menurut dia, perempuan juga harus memiliki kesempatan yang sama dengan laki-laki. Termasuk memiliki hak politik yang sama. Tidak hanya menjaga rumah tangga, memasak, dan menyapu.
"Tetapi saya mengatakan pada diri saya sendiri, seorang perempuan itu berbeda dengan lelaki. Perempuan lebih pintar, lebih cerdas, dan dia bisa menjadi ibu yang mencintai anak-anaknya,. Tetapi juga ia bisa berpolitik," tutur Presiden kelima RI ini.
Perempuan, lanjut dia, harus berani mengambil kesempatan dan peluang. Bahkan, tidak takut untuk terjun berpolitik. Karena langkah beraninya, dari yang ditertawakan, Megawati pun menjadi perempuan pertama menjadi presiden.
"Akibatnya saya menjadi presiden pertama perempuan. Bukan di Indonesia saja, mungkin juga di belahan Asia Tenggara. Jadi jangan malu-malu. Yang cantik-cantik. Yang perempuan harus mengucap, saya tidak akan kalah dengan laki-laki," ungkap Megawati.
Megawati kemudian menyampaikan pandangannya tentang Pancasila yang dinilainya adalah sebagai falsafah kemanusiaan. Karena, nilai-nilai di dalamnya bisa dilaksanakan secara universal, dalam artian bisa digunakan secara internasional menghadirkan nilai kemanusiaan dalam wujud perdamaian dunia.
Kemanusian adalah nilai yang tidak pernah usang. Meski terkadang dipinggirkan dan dilupakan dalam kehidupan, namun kemanusiaan akan selalu ada.
"Kemanusiaan sejatinya selalu melekat pada diri setiap manusia. Manusia yang benar-benar manusia adalah manusia yang berperikemanusiaan," kata Megawati.
Kemanusiaan itulah yang menjadi syarat mutlak perdamaian dunia. Dan gagasan ini sejalan dengan pidato Bapak Bangsa Indonesia di Sidang Umum PBB 30 September 1960 yang berjudul 'To Build The World Anew'.
Saat itu, Bung Karno menyampaikan tugas sejarah membangun dunia kembali. Dan dunia yang dibangun manusia adalah dunia yang bebas dari penindasan, bebas dari kemiskinan, bebas dari rasa takut, bebas secara konstruktif untuk menggerakkan aktivitas sosial, dan bebas mengeluarkan pendapat.
Dalam konteks itu juga Indonesia merumuskan Pancasila sebagai falsafah kemanusiaan, yang menjadi ideologi serta jalan hidup.
"Kemanusiaan yang berwujud dalam adil dan makmur, bebas dari penindasan dalam bentuk apapun, bagi siapa pun, di belahan bumi mana pun," tegasnya.
KOMENTAR ANDA