DALAM menghadapi kehidupan di dunia ini, manusia selalu berhadapan dengan dua keadaan silih berganti. Suatu saat merasakan suka, saat lain merasakan duka.
Allah SWT akan menguji hamba-Nya di berbagai belahan negeri-negeri kaum muslimin dengan berbagai musibah berupa penderitaan dan kesusahan.
Ujian yang diberikan Allah berupa perkara-perkara yang menyengsarakan, sedikitnya harta, kelaparan dan krisis yang berkepanjangan jangan sampai membuat iman goyah.
Pada saat bahagia, terkadang manusia menjadi lupa. Sebaliknya, saat duka mendera, seringkali manusia berkeluh-kesah. Bagi hamba Allah Swt yang beriman, hidup adalah ujian. Selama hidup, selama itulah kita diuji Allah Swt.
"Yang menciptakan mati dan hidup, untuk menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa, Maha Pengampun." (QS Al-Mulk: 2).
Seorang mukmin harus memahami segala yang terjadi tak lepas dari taqdir Allah. Di sinilah sejatinya seorang yang benar-benar beriman harus meyakini segala yang ditaqdirkan-Nya. Meskipun dalam pandangannya terasa menyusahkannya.
Allah SWT berfirman, yang Artinya:
“Tiada suatu bencana yang menimpa di muka bumi dan (tidak pula) pada diri kalian sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (lauh mahfudz) sebelum kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. (Kami menjelaskan yang demikian itu) supaya kalian jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kalian, dan supaya kalian jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepada kalian. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri” (QS. Al Hadid : 22-23).
Allah SWT menguji manusia sesuai kapasitas kemampuan hamba-Nya. Solusi dari problematika kelaparan dan kemiskinan adalah beriman dan bertaqwa pada Allah SWT. Berusaha merubah keadaan dengan jalan-jalan yang halal, memperbanyak do’a selalu bertawakkal kepada-Nya.
Selain itu juga meninggalkan maksiat serta bertaubat, sehingga Allah akan memberikan kemudahan dan menghilangkan segala perkara-perkara yang membuat manusia serba susah.
Allah SWT berfirman: “Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertaqwa, pasti kami melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat Kami). Maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang mereka kerjakan” (QS. Al-A’raf: 96).
Minimal ada tujuh ujian hidup yang wajib kita ketahui. Insya Allah, Allah Swt luruskan dari ujian-ujian-Nya, sehingga meraih gelar shobirin dan mujahidin.
"Dan sungguh, Kami benar-benar akan menguji kamu sehingga Kami mengetahui orang-orang yang benar-benar berjihad dan bersabar di antara kamu, dan akan Kami uji perihal kamu." (QS Muhammad [47]: 31).
1. Ujian berupa perintah Allah, seperti Nabi Ibrahim diperintahkan Allah Swt menyembelih putra tercintanya bernama Ismail.
2. Ujian larangan Allah Swt, seperti larangan berzina, korupsi, membunuh, merampok, mencuri, sogok-menyogok, dan segala kemaksiatan serta kezaliman.
3.Ujian berupa musibah. "Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan." (QS Al-Baqarah [2]: 155).
4. Ujian nikmat, sebagaimana Allah Swt jelaskan dalam surat Al-Kahfi ayat 7. "Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang ada di bumi sebagai perhiasan baginya, untuk Kami uji mereka, siapakah di antaranya yang terbaik perbuatannya."
5. Ujian dari orang zalim buat kita, baik kafirun (orang yang tidak beragama Islam), musyrikun (menyekutukan Allah Swt), munafiqun, jahilun (bodoh), fasiqun (menentang syariat Allah), maupu hasidun (dengki, iri hati).
6. Ujian keluarga, suami, istri, dan anak. Keluarga yang kita cintai bisa menjadi musuh kita karena kedurhakaanya kepada Allah Swt.
7. Ujian lingkungan, tetangga, pergaulan, tempat dan suasana kerja, termasuk sistem pemerintahan/negara.
Allah SWT mencintai hamba-Nya yang bersabar menghadapi ujian atau cobaan. Sebagai manusia tidak berprasangka buruk pada Allah Azza wa Jalla dengan datangnya musibah dan kita bisa mengambil hikmah dari ujian tersebut.
Bahkan kita harus bersegera merendahkan diri kepada-Nya, meminta diangkatnya beban yang menghimpitnya, dan tidak berputus asa dari pertolongan-Nya.
Dengan demikian bila terjadi musibah tidak saling menyalahkan siapapun, karena semua yang terjadi di dunia ini semua atas kehendak Allah SWT.(Berbagai Sumber /F)
KOMENTAR ANDA