MUNGKIN kita tidak mengira bagaimana caranya baju astronot dibuat pada masa lalu. Pakaian yang melindungi para astronaut badan antariksa Amerika Serikat (NASA) dari kondisi luar angkasa yang yang dingin dan kosong itu dijahit dengan susah payah, satu demi satu, oleh tim penjahit ahli yang berbakat.
Jeanne Wilson adalah salah satu dari beberapa penjahit di ILC Dover yang menjahit pakaian antariksa untuk Neil Armstrong dan Buzz Aldrin untuk pendaratan Apollo 11 di Bulan.
"Kakak saya bekerja di sebuah perusahaan bernama Playtex, yang pada waktu itu terkait ILC Dover," kata Wilson. "Dia membuat bra dan girdle."
Jeanne Wilson berusia tujuh tahun saat ibunya mengajarinya menjahit. Pada usia sembilan tahun, Wilson sudah merancang dan membuat pakaian boneka. Tahun 1969 ia bergabung dengN ILC.
"Setiap kali Anda menjahit, jahitan itu harus diperiksa, harus dicek, karena yang kami lakukan sangat penting. Bahkan meskipun terdiri dari 21 lapisan, ketebalannya harus setipis rambut," kata Wilson.
Setelan yang sudah selesai dijahit dibawa ke rumah sakit setempat di Dover, Delaware.
"Mereka harus melakukan dua kali penyinaran sinar-X," katanya, "untuk memastikan tidak ada pin atau apa pun yang tertinggal dalam pakaian. Ada malam-malam di mana kami pulang, khawatir dan berpikir, "Ya Tuhan, apakah saya meninggalkan pin di dalamnya?"
Wilson menjahit bagian dada, lengan, dan kaki baju luar angkasa, juga lencana nama astronaut. Penjahit lainnya (mereka semua perempuan) khusus membuat sepatu bot atau, seperti Joanne Thompson, membuat banyak sarung tangan untuk pelatihan dan pendaratan di Bulan.
Para astronaut datang ke Delaware, AS, untuk mencoba baju mereka, sering kali juga menandatangani foto untuk penjahit dan memuji pekerjaan mereka.
"Setiap astronaut punya cetakan tangan mereka masing-masing," kata Thompson.
"Pada bagian telapak tangan ada potongan-potongan panjang yang melewati jari-jari dan melekat pada bagian ruas dan ada celah pada ibu jari. Kami menjahit di sekelilingnya."
Sarung tangan terdiri dari beberapa bagian termasuk belitan - pinggiran kain seperti akordeon yang membuat "pemakainya dapat merentangkan tangan dan menggerakkannya".
Sebuah kejadian pada 1973, hanya setahun setelah misi Apollo berakhir, keterampilan para penjahit telah membantu menyelamatkan stasiun ruang angkasa pertama Amerika, Skylab.
Tak lama setelah diluncurkan, kaca mikrometeoroid pelindung depannya tiba-tiba lepas.
Awaknya tidak bisa naik karena suhu di dalam sangat tinggi. Perlu perisai anti panas sesegera mungkin, dan Aylene Baker yang juga menjahit baju astronot, direkrut dari kontraktor NASA General Electric untuk membantu membuat perisai anti panas itu.
"Material itu adalah lapisan aluminium yang sangat tipis dan menggunakan Mylar, nilon yang dilaminasi dan lapisan nilon yang tipis. Satu sisi berwarna oranye terang, sisi lain perak. Mereka menyebutnya parasol, seperti bahan payung. Bisa dilipat dan dibuka dengan airlock ilmiah, " kata Thompson
Pelindung panas pengganti itu berfungsi. Aylene berhasil. Untuk mengenangnya gambar Aylene yang menarik perhatian di mesin jahit, dikelilingi material antipanas yang dipegang oleh beberapa orang, ada di dinding Nasa Johnson Space Center.
Kain pelindung panas dilanjutkan dengan pengembangan pesawat ulang-alik. Jean Wright bergabung dengan kontraktor NASA United Space Alliance dari sebuah toko pakaian untuk menjahit selimut termal untuk pesawat ulang-alik.
Pesawat ulang-alik pensiun pada tahun 2011 dan pakaian luar angkasa Neil Armstrong sekarang berada di museum. Tapi ILC Dover terus menggunakan penjahit perempuan untuk membuat pakaian mereka (meskipun satu laki-laki kini telah bergabung dengan tim).
"Jika seorang astronaut keluar, berjalan di ruang angkasa dan pakaian luar angkasa mereka gagal, hidup mereka ada di tangan kita. Setelan itu harus bertahan hingga enam atau tujuh atau mungkin hampir delapan jam perjalanan ruang angkasa yang keras."
Menjahit juga terus diperlukan di area lain industri luar angkasa. Pesawat ruang angkasa BepiColombo dari European Space Agency (Esa) saat ini sedang dalam perjalanan menuju Mercury dan jahitan Yvonne Mayer ada di dalam pesawat.
Para penjahit ini mendapatkan pengakuan atas pekerjaan mereka. Mereka semua menjahit hingga ke bintang-bintang.
Mungkin orang tidak menduga bahwa kami banyak menjahit dengan tangan, karena [untuk] seluruh 2.200 selimut, kami harus mengikat simpang tempat benang bertemu, membalikkan kain ke belakang dan satu per satu dijahit dengan tangan," kata mereka.
KOMENTAR ANDA