Perdana Menteri Lesotho, Thomas Thabane dan istrinya, Maesaiah Thabane/Al Jazeera
Perdana Menteri Lesotho, Thomas Thabane dan istrinya, Maesaiah Thabane/Al Jazeera
KOMENTAR

IBU negara Lesotho, sebuah begara di Afrika bagian selatan, akan didakwa sehubungan dengan pembunuhan terhadao mantan istri pertama Perdana Menteri Thomas Thabane, yakni Lipolelo. Dia adalah Maesaiah Thabane.

Hal itu dipastikan oleh pihak kepolisian di negara tersebut pada Selasa (4/2).

Maesaiah sendiri sebenarnya telah lebih dulu kabur dari negara kerajaan kecil tersebut pada 10 Januari lalu dan bersembunyi di Afrika Selatan demi menghindari penangkapan. Dia angkat kaki setelah surat perintah penangkapan dikeluarkan pasca dia menolak melapor ke polisi untuk diinterogasi terkait kasus pembunuhan itu.

Namun dia kemudian kembali ke negara itu pada Selasa sore (4/2) dan menyerahkan diri ke polisi di ibukota, Maseru.

Wakil Komisaris Polisi Mokete Paseka mengatakan, pasca penyerahan dirinya, wanita berusia 42 tahun itu akan menghabiskan malam itu di tahanan dan akan dibawa ke pengadilan setelah direktur penuntutan publik menyiapkan tuntutan.

"Dia telah didakwa dengan pembunuhan bersama delapan orang lainnya yang berada di Lesotho dan Afrika Selatan," kata Paseka, seperti dimuat Al Jazeera (Rabu, 5/2).

Dia menambahkan bahwa penyelidikan telah diselesaikan dengan hasil yang memuaskan.

Maesaiah sendiri dijemput di perbatasan dengan Afrika Selatan setelah pengaturan antara pengacaranya dan polisi.

Pembunuhan itu sendiri terjadi dua hari sebelum pelantikan Thomas Thabane untuk masa jabatan kedua pada tahun 2017 lalu. Pembunuhan juga dilakukan selang dua tahun setelah pengadilan memutuskan bahwa Lipolelo adalah ibu negara yang sah dan berhak atas keuntungan sebagai ibu negara.

Thomas Thabane yang kini berusia 80 tahun kemudian menikah dengan istrinya saat ini, dua bulan setelah kematian Lipolelo.

Pembunuhan Lipolelo yang berusia 58 memicu gelombang kejutan di negara kecil yang dikelilingi oleh Afrika Selatan itu.

Anggota senior partai yang mengatur Konvensi All Basotho Convention (ABC) menuduh perdana menteri menghambat penyelidikan atas pembunuhan itu.

Bulan lalu, ratusan pendukung oposisi berbaris di jalanan pusat kota ketika perdana menteri diinterogasi oleh polisi. Mereka menuntut dia mundur dengan segera.

Dua minggu lalu, polisi menginterogasi perdana menteri menyusul dugaan penggunaan ponselnya untuk berkomunikasi dengan siapa pun yang berada di lokasi pembunuhan.

Sang perdana menteri, Thomas Thabane sendiri bulan lalu mengumumkan bahwa dia berencana untuk mundur setelah partai yang memerintah menganggapnya tidak lagi layak untuk memimpin. Namun dia tidak menjelaskan lebih lanjut kapan dia akan mundur.




Kementerian Agama Luncurkan Program “Baper Bahagia” untuk Dukung Ketahanan Pangan Masyarakat Desa

Sebelumnya

Fitur Akses Cepat Kontak Darurat KDRT Hadir di SATUSEHAT Mobile

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel News