Ani Idrus/Net
Ani Idrus/Net
KOMENTAR

DUNIA jurnalistrik di Indonesia, meski banyak didominasi oleh pria, namun bukan berarti nihil partisipasi wanita. Menengok sejarah, ada nama seorang wanita bernama Ani Idrus yang sepak terjangnya tidak bisa dipandang sebelah mata dalam dunia jurnalistik di tanah air.

Lahir di Sawahlunto, Sumatra Barat pada tanggal 25 November 1918, Ani mengenyam pendidikan dasar di tanah kelahirannya sebelum kemudian pindah ke Medan pada tahun 1928 dan melanjutkan sekolah madrasah di kota tersebut.

Setelah lulus, dia kemudian melanjutkan pendidikan di Methodist English School, Meisjeskop School, Schakel School, Mulo (Taman Siswa) dan SMA sederajat. Kemudian, pada tahun 1962 hingga 1965, dia duduk di bangku sekolah tinggi dengan menjadi mahasiswa di fakultas hukum UISU Medan. Lalu pada tahun 1975 menjadi mahasiswa fisipol di UISU, serta 19 Juli 1990 menyelesaikan sidang akhir dalam rangka memperoleh gelar doctoranda untuk jurusan ilmu sosial politik UISU

Mengutip sejumlah sumber, Ani mulai terjun di dunia jurnalistik pada tahun 1930 dengan mulai menulis di majalah Panji Pustaka Jakarta. Kemudian, pada tahun 1936 dia bekerja pada Sinar Deli Medan sebagai pembantu pada majalah Politik Penyedar.

Selang dua tahun kemudian, tepatnya pada tahun 1938, dia menerbitkan majalah politik Seruan Kita bersama-sama dengan H. Moh. Said, suaminya.

Tidak berhenti sampai di situ, pada tahun 1947 dia menerbitkan Harian Waspada juga bersama H. Moh. Dua tahun kemudian dia menerbitkan majalah yang diberi nama Dua Wanita.

Dengan sederet media yang dia bangun, dia pun terjun langsung dengan menjabat posisi Pimpinan Umum atau Pimpinan Redaksi di Harian Waspada, Majalah Dua Wanita sejak tahun 1969 hingga 1999. Dia mengambil alih kepemimpinan di Harian Waspada Medan tahun 1969 setelah H. Moh. Said mengundurkan diri.

Sepak terjangnya serta konsistensinya dalam dunia jurnalistik di Indonesia menuai apresiasi dari banyak pihak, salah satunya adalah dari Menteri Penerangan RI, H. Harmoko pada tahun 1988 silam. Ani dianugerahkan Satya Penegak Pers Pancasila. Penghargaan itu sendiri diketahui hanya diberikan pada 12 tokoh pers nasional, dan Ani menjadi salah satu di antaranya.

Selain itu, pada tahun 1990, Ani juga menerima penghargaan dari Menteri Penerangan RI sebagai wartawan yang masih aktif mengabdikan diri di atas 70 tahun di Ujung Pandang.

Sebagai wartawati senior, Ani juga merupaka sosok penting di balik berdirinya organisasi Persatuan Wartawan Indonesia (PWI). Pada tahun 1951, Ani turut mendirikan organisasi PWI Medan, dan menjadi pengurus.

Kemudian pada tahun 1953-1963, Ani berturut-turut menjabat sebagai Ketua PWI Kring Medan. Di sela-sela itu, tepatnya pada tahun 1959, dia mendirikan Yayasan Balai Wartawan Cabang Medan, dan dipilih sebagai Ketua. Selanjutnya dia juga mendirikan Yayasan Akademi Pers Indonesia (API) dan menjabat sebagai Wakil Ketua.

Namun dia tidak membatasi dirinya hanya pada dunia jurnalistik. Ani juga ikut berkecimpung di dalam dunia politik. Pada tahun 1934, Ani tercatat masuk ke organisasi Indonesia Muda, yang merupakan wadah perjuangan pergerakan pemuda. Ani pernah duduk sebagai Wakil Ketua di organisasi tersebut.

Kemudian pada tahun 1937, Ani juga pernah menjadi anggota partai Gerakan Rakyat Indonesia (GERINDO) di Medan, lalu pada tahun 1949, dia menjadi anggota Partai Nasional Indonesia (PNI), beberapa kali menjabat sebagai Ketua Penerangan, dan pernah menjadi anggota Pleno Pusat PNI di Jakarta.

Selain dunia jurnalistik dan politik, Ani juga berkecimpung dalam dunia pendidikan. Di antara kiprahnya dalam dunia pendidikan adalah pada tahun 1953 mendirikan Taman Indria yang berlokasi Medan. Taman Indria mencakup Balai Penitipan Anak, Taman Kanak-kanak dan Sekolah Dasar. Pada tahun itu juga sempat mendirikan Bank Pasar Wanita selama dua tahun berkantor di Medan.

Kemudian ia mendirikan Sekolah Dasar Swasta Katlia di Medan. Namun sekolah ini kemudian diubah menjadi Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi Pembangunan.

Lalu pada tahun 1978, Ani mendirikan Yayasan Pendidikan Democratic dengan membuka sekolah mulai dari jenjang TK, SD dan SMP Perguruan Eria. Dia pun pada tahun 1984 mendirikan Sekolah Pendidikan Agama Islam setingkat SD, yaitu Madrasah Ibtidaiyah Rohaniah yang juga berlokasi di Medan.

Ani juga mendirikan Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi Pembangunan (STIKP) pada tahun 1987.

Kiprahnya dalam dunia jurnalistik, politik dan pendidikan berakhir ketika dia menghembuskan napas untuk yang terakhir kalinya pada tahun 1999 di usia 80 tahun.




Menutup Tahun dengan Prestasi, dr. Ayu Widyaningrum Raih Anugerah Indonesia Women Leader 2024

Sebelumnya

Meiline Tenardi, Pendiri Komunitas Perempuan Peduli dan Berbagi

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Women