Ilustrasi/Net
Ilustrasi/Net
KOMENTAR

HATI-HATI dalam mencari pengasuh bayi. Kasus yang terjadi di Singapura ini bisa menjadi pelajaran tersendiri bagi orang tua lainnya di manapun.

Seorang pengasuh wanita yang disewa untuk merawat dua bayi perempuan yang masing-masing berusia di bawah satu tahun harus berurusan dengan hukum. Dia diduga meracuni kedua bayi yang dia rawat dengan sejumlah obat-obatan, termasuk pil tidur, antihistamin dan obat-obatan untuk kecemasan.

Pengasuh itu bernama Sa'adiah Jamari berusia 38 tahun. Dalam sidang yang digelar pada hari ini (Selasa, 18/2) di Singapura, dia dituduh memberikan racun kepada bayi berusia lima bulan dan 11 bulan pada tahun 2016 lalu.

Di pengadilan, diketahui bahwa Sa'adiah sebenarnya telah menjadi pengasuh terdaftar sejak tahun 2002 dan juga mendaftarkan layanan keperawatan freelance secara online.

Sang ibu dari dua bayi itu pertama kali kenal dengan Sa'adiah melalui sosial media Facebook. Saat itu dia membuat unggahan di Facebook bahwa dia sangat membutuhkan pengasuh untuk dua putrinya yang masih bayi. Sa'adiah pun berkomentar di unggahan itu dan ibu dari dua bayi itu tertarik untuk mempekerjakannya.

Sa'adiah pun mulai bekerja mengasuh kedua bayi tersebut pada awal November 2016.

Setiap hari, sang ibu menyediakan pakaian dan susu dan menyuruh Sa'adiah untuk memberi makan susu bayi jika mereka menangis.

Namun ibu tersebut ibu memperhatikan bahwa ada yang tidak biasa ketika anak-anaknya diasuh Sa'diah. Anak perempuannya yang paling kecil kerap mengantuk, rewel, uring-uringan seolah ingin tidur, berguling-guling di tempat tidur dan membuang botolnya saat diberi susu.

Selain itu, ketika diajak bicara, bayi itu sepertinya kesulitan mendengar dari mana suara itu berasal.

Sang ibu melihat bahwa hal itu bukan hal yang biasa. Putrinya biasanya akan menanggapi senyum dengan tindakan seperti menyambar jari ketika bertemu ibunya.

"Beberapa kali pertama (dia) seperti mengantuk, jadi saya pikir dia baru saja bangun dari tidurnya," kata sang ibu yang tidak diidentifikasi namanya, saat bersaksi di hadapan pengadilan.

"Jadi saya tidak terlalu memikirkannya. Tapi kemudian, ketika saya mengirimnya, dia tampak lebih mengantuk. Matanya akan sedikit bengkak, bagian atas kelopak matanya, seperti terkulai ke bawah," sambungnya.

Setelah tiga atau empat kesempatan dia melihat hal yang sama, ibu tersebut kemudian membawa bayinya ke Rumah Sakit Wanita dan Anak-Anak KK untuk pemeriksaan pada akhir November 2016.

Setelah dilakukan pemeriksaan, petugas medis di rumah sakit itu mengatakan bahwa bayinya tampak baik-baik saja. Namun sang ibu bersikeras untuk melakukan tes darah. Hasilnya pun normal.

Dia mengaku tidak puas dengan hasilnya, namun dia tidak memiliki bukti apapun untuk mencurigai pengasuhnya. Karena itulah dia masih terus membawa dua putrinya ke Sa'adiah untuk diasuh. Hingga kemudian pada 9 Desember 2016 dia kembali merasa ada kejanggalan.

Ketika ibu tersebut menjemput bayinya di malam hari, dia melihat bayi-bayinya tampang sangat mengantuk sehingga tidak bisa membuka matanya. Namun dia melihat bahwa kelopak mata bayinya bengkak dan dia merasa bahwa kantuknya tampak berbeda, karena mata bayinya kemerahan dan dia tampaknya tidak memiliki kendali atas tangannya.

Kecurigaan pun muncul kembali. Dia bersama nenek sang bayi kemudian membawa kedua bayi itu ke rumah sakit Parkway East.

"Saya memberi tahu dokter bahwa dia tampak sangat mengantuk, seolah-olah dia telah dibius. Kepalanya miring ke belakang, seperti tidak ada kekuatan," kata sang ibu seperti dimuat Channel News Asia.

Dokter melakukan beberapa tes pada anak itu, dan salah satu tes menemukan bahwa kadar glukosa pada bayi sangat rendah.

"Saya ingat perawat di bangsal menggendongnya, mencoba memberi makan susunya dengan sendok karena dia bahkan tidak bisa mengisap botol susu. Anda harus memberinya makan secara paksa," kata sang ibu.

Bayi malang itu pun dirawat di sekitar lima hari di rumah sakit.

Tidak lama berselang, sang ibu menerima laporan toksikologi dari dokter, yang menjelaskan apa yang menimpa pada putrinya. Laporan itu pun dia bawa ke polisi untuk membuat laporan.

Bukti hasil yang dipaparkan di pengadilan menunjukkan bahwa Sa'adiah memberi 10 buah obat yang berbeda kepada bayi berusia lima bulan, termasuk Alprazolam, juga dikenal sebagai Xanax yang biasa digunakan untuk menangani kecemasan, Orphenadrine atau pelemas otot, Zolpidem untuk membantu tidur, Oxazepam untuk kecemasan dan penarikan alkohol akut serta diazepam, benzodiazepine yang digunakan untuk mengobati gangguan kecemasan, penarikan alkohol atau kejang otot.




Mengajarkan Anak Usia SD Mengelola Emosi, Ini Caranya

Sebelumnya

Jadikan Anak Cerdas Berinternet Agar Tak Mudah Tertipu Hoaks

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Parenting