"SAYA ingin pergi bersama suami saya". Begitu isi pesan yang ditulis dengan tangan yang dibuat oleh seorang wanita di wilayah Xinjiang China.
Wanita itu benama Nadila Wumaier. Dia merupakan anggota minoritas muslim Uighur yang tinggal di wilayah Xinjiang. Baru-baru ini dia membuat sebuah foto bersama dengan putranya yang masih berusia dua tahun. Dalam foto itu, dia membuat tulisan tangan di selembar kertas yang berbunyi pesan tersebut.
Foto itu diunggah oleh suaminya, Sadam Abdusalam yang berada di Australia, awal pekan ini.
Abdusaalam mengatakan kepada media di Australia bahwa istri dan putranya ditahan di rumah mereka di wilayah Xinjiang. Dia telah berjuang dan berupaya untuk bisa membawa istri dan anaknya keluar dari Xinjiang selama berbulan-bulan. Namun upayanya tersebut masih belum membuahkan hasil.
Dia pun kemudian berhasil mendapatkan foto sang istri dan anak mereka dengan pesan tersebut dan kemudian menyebarluaskannya di sosial media. Abdusaalam ingin pesannya diketahui publik, terutama setelah seorang pejabat China mengatakan kepada televisi Australia, ABC baru-baru ini bahwa Wumaier berada di China karena pilihannya sendiri.
Pejabat itu adalah Wang Xining, wakil kepala misi di kedutaan besar China di Australia. Dalam penampilan publik sebagai tamu di program Q&A ABC, dia menanggapi kritik yang muncul dalam kasus Wumaier di mana dia mengatakan bahwa pernikahan pasangan itu tidak diakui di bawah hukum China.
Pada kesempatan yang sama dia juga mengatakan bahwa keberadaan Wumaier di Xinjiang adalah atas dasar keinginannya sendiri.
Abdusalam menentang klaim itu dan mengatakan bahwa dia telah lama berjuang untuk bisa membawa istri dan putranya ke negeri kanguru.
Wumaier sendiri sebenarnya bukan merupakan warga negara Australia. Namun suami dan anaknya yang bernama Lutfy merupakan warga negara Australia.
Pemerintah Australia pun sebelumnya secara resmi meminta mereka agar diizinkan meninggalkan China.
"Anak saya adalah warga negara Australia dan memegang paspor Australia dan saya belum pernah bertemu dengannya," kata Abdusalam kepada ABC.
"Pemerintah Australia telah memberi istri saya visa sehingga mereka bisa datang dan bergabung dengan saya di Australia, tetapi Pemerintah China tidak akan membiarkan mereka pergi," lanjutnya, seperti dikabarkan ulang BBC (Rabu, 26/2).
"Mengapa Partai Komunis mengunci satu juta (warga) Uighur? Maukah Anda membebaskan anggota keluarga kita?" sambungnya.
KOMENTAR ANDA