LAMAN utama mesin pencarian Google pada Sabtu (29/2) hari ini menampilkan sosok wanita ayu yang bagi sebagian pecinta literasi sudah tidak asing lagi.
Sosok wanita berkacamata yang tengah menulis di atas secarik kertas berwarna hijau toska itu adalah penulis terkenal dan tokoh di bidang lieratur kelahiran Semarang Jawa Tengah.
Dia adalah NH Dini.
Lahir dengan nama Nurhayati Sri Hardini, sosok NH Dini sangat populer semasa hidupnya. Beliau meninggal dunia karena kecelakaan lalu lintas di Jalan Tol Tembalang, Semarang, pada 2018 lalu.
Hari ini usianya tepat 84 tahun. Ia adalah pemilik angka kelahiran yang langka, karena tanggal 29 Februari hanya diperingati 4 tahun sekali.
Karya-karya NH Dini kebanyakan tentang kesetaran gender, di mana ia percaya bahwa perempuan harus setara dengan laki-laki, yang ia tulis berdasarkan pengalaman hidupnya mengarungi bahtera rumah tangga.
Dalam Novel Pada Sebuah Kapal (1973), NH. Dini mengisahkan perempuan bernama Sri yang memiliki pernikahan yang kurang bahagia dan lantas jatuh cinta terhadap seorang kapten kapal ketika ia berlayar.
Biduk pertikaian rumah tangga yang di ambang percerian dengan lika-liku perselingkuhan diuraikan dengan sangat apik dalam novel fenomenal ini.
NH Dini sempat menikah dengan pria berdarah Perancis, Yves Coffin, pada 1960. Pierre Coffin sendiri dikenal sebagai sutradara dari film franchise animasi populer Despicable Me.
Dengan suaminya ini, Dini memiliki dua anak bernama Marie-Claire Lintang Coffin dan Pierre-Louis Padang Coffin.
Masa kecilnya dilewati dengan sederhana, atas didikan sang ibu yang ke depannya ternyata membawa pengaruh dalam dunia menulisnya.
Sang ibu kerap mendongengkan cerita sebelum tidur.
Kesukaannya membaca juga sangat berpengaruh terhadap hobi menulisnya. Sehabis membaca sebuah karya, biasanya dia berpikir jika hanya begini saya pun mampu membuatnya.
Dalam kenyataannya, ia memang mampu dengan dukungan teknik menulis yang dikuasainya.
NH Dini menulis sajak dan prosa berirama dan membacakannya sendiri di RRI Semarang ketika usianya 15 tahun. Berangkat dari sana, jiwa literasinya tumbuh.
Cerpen pertamanya, Pendurhaka, bahkan mendapat kritik positif dari H B Jassin pada 1951.
Berturut-turut ia pun menulis novel Hati yang Damai (1961), Pada Sebuah Kapal (1973), La Barka (1975), Namaku Hiroko (1977), Orang-orang Trans (1985), dan Pertemuan Dua Hati (1986).
KOMENTAR ANDA