ADA kisah mengharukan di tengah kerusuhan dan kekerasan yang terjadi di New Delhi India sejak awal pekan ini. Seorang polisi di negara bagian Uttar Pradesh bernama Neeraj Jadaun menuai decak kagum karena berani melawan protokol polisi tradisional demi melindungi banyak orang di tengah gelombang kekerasan agama yang terjadi.
Kepada BBC jelang akhir pekan ini, dia menceritakan bahwa pada 25 Februari lalu dia tengah menjalankan tugasnya berpatroli di pos pemeriksaan perbatasan negara bagian. Tiba-tiba, dia mendengar suara tembakan dari wilayah Karawal Nagar di New Delhi. Wilayah itu hanya berjarak sekitar 200 meter dari lokasi dia berpatroli, namun itu bukanlah bagian dari wewenangnya.
Tidak lama setelah itu, dia melihat gerombolan, antara 40 hingga 50 orang yang membakar kendaraan. Salah satu di antara mereka kemudian melompat ke sebuah rumah dengan membawa bom molotov.
Melihat kondisi tersebut, Jadaun merasa tidak bisa tinggal diam. Pasalnya, jika didiamkan, kondisi akan semakin buruk dan sejumlah orang yang berada di sekitar lokasi tersebut akan terdampak atau menjadi korban.
Tanpa berpikir panjang, Jadaun pun memutuskan untuk memutuskan hubungan dengan protokol polisi tradisional dan melintasi perbatasan negara bagian ke New Delhi, yang bukan merupakan wewenangnya.
Untuk diketahui bahwa di India, petugas kepolisian perlu izin eksplisit untuk melintasi perbatasan negara.
"Saya memilih untuk menyeberang (perbatasan negara bagian). Saya rela pergi sendirian meski sadar akan bahaya dan fakta bahwa itu di luar yurisdiksi saya. Itu adalah 15 detik paling menakutkan dalam hidup saya. Syukurlah, tim mengikuti saya, dan senior saya juga mendukung saya ketika saya memberi tahu mereka nanti," jelasnya.
"Itu berbahaya karena kami kalah jumlah dan para perusuh bersenjata. Kami pertama kali mencoba untuk bernegosiasi dengan mereka dan ketika itu gagal, kami mengatakan kepada mereka bahwa polisi akan melepaskan tembakan. Mereka mundur tetapi beberapa detik kemudian, mereka melempari kami dengan batu dan kami juga mendengar suara tembakan," sambung Jadaun kepada BBC.
Meski terjepit di posisi itu, Jadaun dan timnya tetap bertahan hingga para perusuh berangsur mundur.
Dia mengatakan bahwa jika dibiarkan, para perusuh bisa memicu terjadikan kebakaran di wilayah tersebut.
"Daerah itu memiliki banyak toko dengan stok bambu. Api akan menelan seluruh area dan jika itu dibiarkan terjadi, jumlah kematian di Delhi akan jauh lebih tinggi," jelasnya.
Akibat ulahnya itu, banyak orang yang menyampaikan simpai dan bahkan menyebutnya sebagai pahlawan. Namun Jadaun sendiri mengaku tidak nyaman disebuat pahlawan.
"Saya bukan pahlawan. Saya telah bersumpah untuk melindungi orang India dalam bahaya. Saya hanya melakukan tugas saya karena saya tidak mau membiarkan orang mati di bawah pengawasan saya. Kami berada dalam posisi untuk campur tangan dan kami melakukan itu," tegasnya,
Untuk diketahui, kekerasan dan kerusuhan terjadi di New Delhi sejak sepekan terakhir dan telah merenggut 39 nyawa serta melukai lebih dari 200 orang lainnya. Kekerasan itu dipicu oleh gelombang unjuk rasa yang menentang UU soal kewarganegaraan yang kontroversial.
Massal penentang UU tersebut bentrok dengan massa yang mendukung. Kekerasan pun tidak dapat dihindarkan dan semakin berkembang dengan nuansa komunal.
KOMENTAR ANDA