Ayana Moon saat peluncuran bukunya Ayana Journey to Islam dalam event Islamic Book Fair 2020/Foto: Sarwono
Ayana Moon saat peluncuran bukunya Ayana Journey to Islam dalam event Islamic Book Fair 2020/Foto: Sarwono
KOMENTAR

PENERBIT Gramedia Pustaka Utama resmi meluncurkan buku pertama Ayana Jihye Moon,  berjudul Ayana Journey to Islam, di Panggung Utama Islamic Book Fair,  Jakarta Covention Center, Minggu (01/03/2020).

Melalui bukunya, wanita kelahiran Korea Selatan ini menceritakan perjalanan hidupnya sebagai seorang mualaf, mulai dari awal ketertarikannya pada Islam saat masih tinggal Korea, hingga kehidupan yang dijalaninya saat ini di Malaysia dan Indonesia.

“Kakekku merupakan sosok yang berpendidikan tinggi dan berpengetahuan luas. Tidak hanya kakekku, pamanku juga sering bepergian keluar negeri untuk bisnisnya. Karena pekerjaan, mereka pun sering melanglang buana. Ketika kembali ke Korea, mereka sering bercerita tentang apa yang mereka lihat, apa yang mereka dengar, dan apa yang mengejutkan mereka. Salah satu hal yang berkesan, meskipun bukan dalam arti positif, adalah impresi mereka tentang negara-negara Islam, yang pada saat itu menjadi topik hangat di Amerika dan Korea karena adanya Perang Irak,” tutur Ayana di dalam bukunya.

“Aku ingat mereka sering bercerita tentang perempuan-perempuan muslim dan bagaimana mereka berpakaian. Aku rasa, itu adalah kali pertama dalam hidupku aku punya kesadaran tentang konsep agama. Semakin banyak kisah yang kudengar dari kakek dan pamanku, aku merasa semakin penasaran. Kisah-kisah itu menggerakkan sesuatu di dalam diriku. Aku pun mulai mencari tahu tentang dunia yang diceritakan kepadaku itu,” tambah wanita kelahiran Korea Selatan, 28 Desember 1995.

Pencarian Ayana mengenai Islam kemudian dilanjutkannya dengan membaca buku, menonton berita atau dokumenter, dan juga mencari di internet. Sampai duduk di bangku SMP, ia masih terus berusaha mempelajari budaya Islam dengan usahanya sendiri.

Hingga suatu saat, Ayana menemukan buku-buku tentang studi Islam di Korea yang ditulis oleh seorang profesor. Ia pun membaca semua buku tersebut, dan bahkan, mulai menghadiri acara-acara seminar atau kuliah umum yang menampilkan profesor itu sebagai pembicara. Semakin besar keyakinannya untuk memperdalam studi tentang Islam.

Di usia 16 tahun, Ayana memutuskan untuk masuk Islam dan menjadi mualaf. Ia ingin serius menjadi seseorang yang terpelajar dalam studi Islam, sehingga dengan masuk Islam, ia berharap akan bisa melakukannya dengan lebih sungguh-sungguh.

Ayana juga memutuskan untuk pindah ke negara dengan mayoritas penduduk beragama Islam, karena ia sadar bahwa ambisinya mempelajari Islam tidak akan terpenuhi di Korea. Malaysia menjadi pilihannya. Publik Indonesia mulai mengenal Ayana setelah wawancaranya di sebuah acara televisi menjadi viral di media sosial.

“Kalian mungkin mengenalku sebagai ‘mualaf Korea’, ‘selebgram’, atau ‘influencer’. Apa pun sebutannya, aku merasa bukan siapa-siapa.  Namun, aku paham bahwa pekerjaanku dalam industri ini adalah bagian dari  rencana Allah untukku. Sedikit demi sedikit, aku menemukan diriku lagi. Perlahan, aku semakin nyaman dengan diriku, dan yang terpenting, dengan imanku. Aku rasa, jika Allah menghendakinya, perjalananku masih jauh dari selesai. Justru perjalanan ini baru saja dimulai,” papar Ayana.

Buku Ayana Journey to Islam dijadwalkan tersedia di toko buku dan toko buku online mulai 2 Maret mendatang. Sebelum dirilis untuk publik, buku ini telah mendapatkan respons baik dari pembaca, dengan mencatatkan penjualan 1.650 eksemplar pada pre-order di salah satu aplikasi belanja online, awal Februari lalu.

 




Jaya Suprana: Resital Pianis Tunanetra Ade “Wonder” Irawan Adalah Peristiwa Kemanusiaan

Sebelumnya

Kemitraan Strategis Accor dan tiket.com Perkuat Pasar Perhotelan Asia

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel C&E