Ilustrasi/Net
Ilustrasi/Net
KOMENTAR

MENGASUH dan mendidik anak bukan perkara mudah. Dan tidak ada orangtua yang sempurna untuk itu. Namun, setiap orangtua pasti berusaha memberikan yang terbaik untuk setiap anaknya.

Terkadang tanpa disadari, banyak orangtua yang melakukan kesalahan dalam pengasuhan anak dengan alasan terlalu menyayangi si anak. Ingatlah bahwa apa yang kamu lakukan sebagai orangtua akan berdampak jangka panjang terhadap psikologis anak. Oleh karena itu, penting untuk melihat apakah ada pola asuh yang diterapkan secara kurang tepat.

Sebab, ada kemungkinan kesalahan yang dilakukan mengarah pada tanda-tanda "toxic parenting" yang berdampak buruk terhadap anak. Meskipun pola asuh setiap orangtua berbeda, namun toxic parenting mengakar dari ketidakpedulian atau abai.

Apapun itu, penting untuk mengenali tanda-tandanya sedini mungkin, apakah kamu salah satu dari toxic parents tersebut?

Disiplin berlebih
Banyak orangtua percaya pada konsep bahwa semakin anak sering ditegur, maka mereka akan menjadi disiplin dan sopan. Mendisiplinkan anak memang merupakan aspek yang sangat penting dalam mengasuh anak, tetapi disiplin berlebih justru bisa menyerang tingkat kepercayaan diri anak.

Overprotektif
Sebagai orangtua, kita tentunya ingin anak-anak kita aman dan sehat. Namun, penting untuk mengetahui di mana harus menentukan batasan. Ketika kamu mulai overprotektif alias terlalu melindungi anak-anakmu, kamu sebenarnya mengarahkan mereka kepada kegagalan yang lebih besar dalam hidup. Perilakumu tidak hanya akan dianggap membatasi dan mengganggu, tetapi juga dapat menghambat mereka untuk mengambil segala jenis risiko dan tantangan di kemudian hari.

Membandingkan dengan anak lain
Ketika kamu mulai membandingkan anak dengan orang lain, seperti saudara atau teman-temannya, pada dasarnya kamu seperti mengatakan kepada mereka bahwa mereka tidak cukup. Alih-alih meminta anak untuk meniru perilaku positif orang lain, fokuslah untuk menonjolkan kepribadian mereka.

Memarahi di depan orang lain
Dimarahi oleh orangtua di depan orang-orang yang dikenal anak akan sangat menyakiti kepercayaan diri dan harga diri mereka. Saat kamu menegur anak atau menunjukkan nada ketidaksetujuan yang tajam saat ada orang lain, anak pasti akan merasa terluka dan sedih. Mereka mungkin juga akan kehilangan kepercayaan padamu sebagai orangtuanya.

Terus mengkritik diri
Orangtua adalah guru dan panutan pertama anak. Jadi, ketika orangtua tidak cukup mencintai diri sendiri, itu dapat dengan cepat berdampak pada perilaku anak tanpa mungkin kamu menyadarinya. Ketika kamu terus-menerus menyalahkan diri sendiri karena atribut fisik dan mental, anak-anak juga pasti akan belajar hal yang sama. Jika kamu ingin anak percaya diri dengan apa yang mereka miliki, kamu harus mulai menanamkan nilai-nilai yang sama pada mereka.

Tidak mendengarkan anak
Tidak jarang anak yang mengeluh bahwa mereka tidak berbagi segalanya dengan orang tua mereka, karena bercerita pada orangtua akan membuat mereka berakhir dimarahi. Padahal, penting bagi orangtua untuk berbicara BERSAMA anak-anaknya, bukan hanya berbicara KEPADA mereka. Ketika kamu sebagai orangtua menutup telinga terhadap penjelasan dan permohonan anak, kamu sama saja seperti mengusir mereka.

Kesalahan mengartikan menjadi "sahabat" anak
Mengasuh anak jauh lebih rumit dan bertanggung jawab. Jadi, jika menjadi 'sahabat' dengan anak sudah cukup untuk memastikan bahwa mereka akan menjadi manusia yang fungsional, hidup kita akan jauh lebih mudah. Sayangnya tidak. Bagian dari peran kita sebagai orang tua adalah membimbing, mengajar, melatih, dan kadang-kadang memarahi anak. Kita tidak dapat melakukan semua itu dengan menjadi sahabat terbaik anak. Sebagai orangtua, kita tentu harus bisa bersikap ramah, tetapi bukan memposisikan diri sebagai sahabat bagi anak.

 




Mengajarkan Anak Usia SD Mengelola Emosi, Ini Caranya

Sebelumnya

Jadikan Anak Cerdas Berinternet Agar Tak Mudah Tertipu Hoaks

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Parenting