(Naskah ini sudah dipublikasikan pada masa pasca musibah banjir 1 Januari 2020 namun karena ternyata musibah banjir kembali terjadi maka naskah ini kembali dipublikasikan secara lebih luas jangkauan. Bagi yang sudah bosan membacanya, silakan berhenti membaca sampai di sini saja)
DARI lubuk sanubari terdalam melalui naskah sederhana ini, saya menyampaikan ucapan terima kasih tak terhingga kepada para penjaga pintu-pintu air yang siang-malam tanpa henti mengorbankan energi lahir-batin demi senantiasa siap-siaga menjaga pintu-pintu air agar banjir jangan makin ganas menenggelamkan berbagai wilayah di persada Nusantara tercinta ini.
Bela Rasa
Terima kasih saya ucapkan kepada para anggota laskar TNI dan Polri yang perwira terjun langsung ke lapangan atau lebih tepatnya kubangan air demi menolong rakyat tertimpa prahara banjir. Terima kasih saya ucapkan kepada BPNB dan PMI yang langsung turun tangan menolong para korban banjir.
Terima kasih kepada para gubernur beserta segenap walikota dan bupati daerah-daerah terendam banjir yang telah secara nyata mengejawantahkan bela rasa terhadap para korban yang kehilangan harta benda bahkan nyawa akibat bencana banjir. Saya berterima kasih terhadap swadaya masyarakat seperti yang dilakukan Jaringan Relawan Kemanusiaan Indonesia menyalurkan sumbangsih para perusahaan dan dermawan untuk meringankan derita para korban banjir.
Demikian pula laskar pengabdi kemanusiaan umat Buddha, Hindu, Islam, Nasrani selalu siap menolong para korban bencana alam sesuai ajaran agama masing-masing. Tentu saja ucapan terima kasih wajib diberikan kepada para perusahaan dan dermawan yang secara tanpa pamrih telah mempersembahkan sumbangsih bantuan demi meringankan beban derita para korban banjir.
Fastabiqul Khoirot
Terima kasih saya ucapkan kepada bangsa Indonesia yang berkenan membuktikan diri sebagai bangsa beradab. Alih-alih sibuk mencari kambing hitam sambil saling menyalahkan, sesama warga Indonesia yang sadar kemanusiaan justru saling bergotong-royong bahu-membahu bersama mengejawantahkan makna adiluhur terkandung di dalam sila Kemanusiaan Adil dan Beradab menjadi kenyataan sikap dan perilaku perikemanusiaan.
Berbekal semangat fastibiqul khoirot, para pemerhati kemanusiaan bukan saling sengit bersaing berbuat buruk, namun justru saling bersaing berbuat baik terhadap sesama manusia. Memang bangsa yang adil dan beradab niscaya bersatu padu dalam upaya bukan memberatkan, namun meringankan derita sesama manusia.
Saya bangga menjadi warga bangsa Indonesia! MERDEKA!
Penulis adalah pendiri Sanggar Pembelajaran Kemanusiaan
KOMENTAR ANDA