Wanita Korea Utara/Net
Wanita Korea Utara/Net
KOMENTAR

KETIKA di banyak negara di dunia wanita menjadi korban eksploitasi, ketidakadilan, perselisihan, dan korban kejahatan, mereka berusaha menyuarakan kesetaraan gender.

Di Republik Rakyat Demokratik Korea (DPRK) atau Korea Utara, wanita menjalani kehidupan yang bahagia sebagai penguasa negara maupun masyarakat biasa.

Pada 1946, jauh sebelum Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia diadopsi pada 1948, DPRK sudah memproklamasikan Undang-Undang tentang Kesetaraan Seksual untuk menjamin kesetaraan dan hak-hak perempuan.

Di kehidupan politik, perempuan Korea secara bebas dapat berpartisipasi dalam negara dan kegiatan sosial serta memberikan kontribusi besar bagi pembangunan sosial. Mereka bisa meningkatkan martabat dan kehormatan mereka.

Mereka bahkan dapat menggunakan hak politik di Partai Pekerja Korea, organ pemerintah, dan organisasi pekerja, beberapa di antaranya sebagai Deputi Majelis Rakyat Tinggi.

Tidak terhitung banyaknya manfaat sosial yang mereka terima dari negara dalam kehidupan ekonomi dan budaya.

Negara juga memberi mereka hak untuk bekerja sama dengan laki-laki, dengan memberikan perlindungan tenaga kerja dan mekanisme jaminan sosial.

Agar mereka bisa bekerja, tempat penitipan anak, taman kanak-kanak, dan fasilitas layanan kesejahteraan publik didirikan di setiap distrik perumahan dan tempat kerja. Anak-anak pun dibesarkan dengan biaya negara dan sosial.

Di bawah layanan medis, mereka menerima perawatan gratis untuk persalinan.

Rumah Sakit Bersalin Pyongyang misalnya. RS itu sudah menjadi kelas dunia dan menjadi rumah bagi banyak bayi. Termasuk anak bayi kembar tiga dan empat.

Wanita dengan banyak anak sangat dihormati dan diberi perlakuan istimewa dalam masyarakat dengan gelar "Ibu Pahlawan".

Ketua organisasi wanita Brasil yang pernah mengunjungi Institut Tumor Payudara di bawah Rumah Sakit Bersalin Pyongyang mengungkapkan keiriannya.

"Saya cukup iri dengan wanita Korea yang menerima perawatan medis di institut seperti hotel mewah; wanita Brasil telah menuntut selama lebih dari sepuluh tahun agar rumah sakit umum dibangun, meskipun mungkin tidak begitu indah dan modern seperti ini," kata wanita itu seperti dimuat KCNA, Selasa (3/3).

Kendati begitu, permintaan mereka belum terpenuhi.

"Saya harap Anda akan selalu menghargai kehidupan bahagia ini dan menjaganya," lanjutnya.




Dukung Riset dan Publikasi Ilmiah, Kantor Wilayah Kemenkumham DKI Jakarta Luncurkan Jurnal Yustisia Hukum dan HAM “JURNALIS KUMHAM”

Sebelumnya

Momen Unik yang Viral, Kebersamaan Presiden Prabowo dan Kucing Bobby Kertanegara di Istana

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel News