Ilustrasi/Net
Ilustrasi/Net
KOMENTAR

AKSI bullying di lingkungan remaja kembali terjadi. Baru-baru ini beredar video berdurasi 26 detik yang menayangkan suasana sebuah ruang kelas. Di situ terlihat seseorang yang mengenakan seragam putih abu-abu dipegangi kaki dan tangannya oleh sejumlah orang.

Organ intim si siswi dipegang-pegang, baik oleh pria maupun wanita yang memegangi kaki dan tangan siswi tersebut. Terungkap, kejadian itu berlangsung di sebuah sekolah di Sulawesi Utara dan pelaku telah ditangkap.

Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) memandang aksi kekerasan atau bullying di tingkat anak-anak dan remaja di Indonesia terus meningkat. Menurut Ketua KPAI Susanto, hal tersebut disebabkan beberapa faktor, salah satunya seperti punishment atau hukuman yang bermuatan kekerasan.

"Segala tindakan yang dilakukan kepada anak, sangat mudah diikuti. Anak mudah terinspirasi untuk melakukan hal yang sama ketika anak berhadapan dengan teman dalam pola-pola lingkungan," kata Susanto.

Faktor lainnya, adanya senior kakak kelas. Faktor ini terkait adanya indoktrinasi yang akan ditatar kepada adik kelas. Jika sudah begini, bullying menjadi semacam kebiasaan yang dilakukan senior kepada juniornya.

Aspek keluarga pun menjadi faktor penting. Dari penelitian KPAI, rata-rata anak yang terjerat hukum dan mendekam di rumah tahanan berasal dari keluarga dengan orangtua tak utuh alias bercerai. Data Mahkamah Agung 2018 ada 419.268 kasus perceraian dan di tahun 2019 angka tersebut naik 3 persen.

"Faktor keluarga dalam memberikan kualitas kasih sayang terhadap anak juga harus diperhatikan. Penting bagi orangtua berinovasi dan memperhatikan jenjang pra nikah untuk anak," ujar dia.

Dengan alasan ini, perlu kiranya pencegahan secara komprehensif. Hal ini tak hanya menjadi tanggung jawab keluarga, tapi perlu peran aktif dari rukun tetangga dan rukun warga di lingkungan rumah.

"RT/RW harus menjadi pelopor. Anak itu rentan menjadi korban, rentan menjadi pelaku," tutupnya.




Mengapa Mengasuh Anak Sekarang Jauh Lebih Sulit Dibandingkan Dulu?

Sebelumnya

Mata Ibu, Silvia Menjadi Komentator Bola bagi Anaknya

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Parenting