KOMENTAR

DALAM menjalankan aktivitas sehari-hari, ada kalanya kita mendapati hal-hal tak terduga terjadi di depan mata. Salah satunya adalah musibah yang menimpa orang lain yang berada sangat dekat dengan kita.

Contoh termudah, saat mengendarai mobil, kita mendapati tiga mobil di depan kita terlibat tabrakan beruntun dan kita terhindar karena jarak agak berjauhan dengan mobil di depan kita. Syok, sudah pasti. Tapi jangan lupa untuk bersyukur karena Allah selamatkan kita dari bencana.

Alhamdulillahilladzi ‘aafaanii mimmab talaaka bihi, wa fadhdhalanii ‘alaa katsiirim mimman khalaqa tafdhiilaa
“Segala puji bagi Allah yang telah menyelamatkan aku dari musibah yang menimpamu dan benar-benar memuliakanku dari makhluk lainnya.”

Bersyukur karena terhindar dari peristiwa buruk yang terjadi di depan mata bukan berarti kita tertawa di atas penderitaan orang lain. Karena dari rasa bersyukur tersebut, akan melahirkan kesadaran dan mawas diri.

Mungkin banyak dari kita yang kerap bertanya, “mengapa saya” saat ditimpa musibah. Seolah kita merasa diri kita selalu benar dan baik hingga tidak pantas diuji. Berbeda ketika kita luput dari musibah yang terjadi di depan mata sedangkan hati sedang terpuruk dirundung berbagai masalah, kita kerap mengeluh dalam hati: “mengapa bukan saya”. Naudzubillah. Tak sekali pun kita bersyukur.

Kita kerap kali abai bahkan menyepelekan hal-hal kecil dalam hidup kita. Padahal, hal-hal yang kita anggap kecil itu adalah cara menjaga diri untuk mencegah kemunkaran dan keburukan menimpa kita. Namun karena terlena, merasa sudah aman dan nyaman dengan kebiasaan yang kita lakukan sehari-hari, lambat laun waspada pun tiada.

Padahal, dengan begitu banyaknya peristiwa yang menyesakkan dada di sekitar kita, sepatutnya kita tetap siaga dengan berbagai kemungkinan. Tak mudah memang mendisiplinkan diri juga keluarga dan orang-orang di sekitar kita untuk mawas diri dan menjalankan aturan yang ada. Tapi di situlah tantangan kehidupan, bagaimana ‘memaksa’ diri kita untuk taat kepada aturan lalu menjalankan kehidupan sebaik-baiknya.

Allah berfirman: “Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya), dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan.” (QS. Al-Anbiya: 35)

Kebaikan dan keburukan yang kita dapati di dunia ini adalah ujian untuk melihat sebesar apa keyakinan kita terhadap kekuasaan Allah. Apakah kita bersyukur saat diberi kenikmatan juga apakah kita bersabar saat ditimpa musibah. Akan tampak kesungguhan hati kita untuk menerima ketentuan Allah yang berputar ibarat roda.

Ketika kita sudah bersyukur telah terhindar dari musibah, tambahlah lagi doa kita agar terhindar dari bencana yang bisa datang tiba-tiba. Karena bencana yang datang tiba-tiba akan terasa lebih berat dihadapi dan menguras ketangguhan kita untuk bisa berdiri lagi.

“Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepadaMu dari lenyapnya nikmatMu, dari beralihnya keselamatan (yang merupakan anugerah)Mu, dari datangnya siksaMu (bencana) secara mendadak, dan dari semua kemurkaanMu.” (HR Muslim)

Bacalah doa dengan segenap hati, agar Allah hadirkan kekuatan ke dalam hati dan pikiran kita untuk bisa menikmati setiap keindahan dan keburukan dalam perjalanan kehidupan kita selama di dunia.

 




Sekali Lagi tentang Nikmatnya Bersabar

Sebelumnya

Anjuran Bayi Menunda Tidur di Waktu Maghrib Hanya Mitos?

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Tadabbur