Presiden Moon Jae-in(tengah)/Net
Presiden Moon Jae-in(tengah)/Net
KOMENTAR

PERNAH menjadi negara paling teinfeksi setelah China, sekarang Korea Selatan terbukti mampu mengendalikan penyebarluasan virus corona (Covid-19).

Pernah berada di puncak kurva, saat ini Korea Selatan berhasil melewati krisis.

Setelah mengumumkan 600 kasus baru untuk 3 Maret, pihak berwenang melaporkan 131 infeksi baru seminggu kemudian.

Pada Jumat (13/3), para pejabat melaporkan hanya 110 kasus baru, terendah sejak 21 Februari. Pada hari yang sama, terdapat 177 pasien yang pulih, melebihi infeksi baru untuk pertama kalinya.

Tentu ada banyak hal yang dilakukan oleh Korea Selatan untuk membendung penyebarluasan virus.

Dimuat SCMP, langkah-langkah yang dilakukan negeri ginseng ternyata jauh berbeda dengan yang dilakukan China. Korea Selatan mengadopsi langkah-langkah yang longgar namun tepat yang mungkin dapat dilakukan oleh negara lain.

Tes Corona Massal

Hal pertama yang dilakukan Korea Selatan adalah dengan melakukan tes corona tehadap kurang lebih 250.000 orang. Artinya satu dari 200 orang Korea Selatan melakukan tes ini.

Tes ini gratis untuk dokter atau siapa pun yang memiliki gejala terinfeksi.

Namun, apabila ada warga yang ingin melakukan tes, bisa merogoh kocek sebesar 160 ribu won atau setara dengan Rp 1,9 juta. Cukup murah dibandingkan negara-negara lain.

Tes ini tersedia di ratusan klinik dan 50 klinik drive-through.

Langkah ini dilakukan agar pemerintah lebih mudah menentukan kelompok infeksi sehingga bisa melakukan karantina secepat mungkin.

Transparansi Data

Di Korea Selatan, pemerintah mempertahankan keterbukaan dan transparansi. Di mana pemerintah mengumumkan kelompok kasus terbesar terkait dengan sekte agama rahasia, Shincheonji.

Alih-alih melakukan penguncian daerah, Korea Selatan memberikan informasi yang akurat dan tranparan bagi publik agar mereka bisa membatasi pergerakannya secara mandiri.

"Korea, sebagai negara demokratis, menghargai globalisasi dan masyarakat majemuk. Karena itu kami percaya kami harus melampaui keterbatasan pendekatan konvensional untuk memerangi penyakit menular," ujar Wakil Menteri Kesehatan, Kim Gang-lip.

Jangan Anggap Enteng

Korea Selatan pernah menganggap sebelah mata wabah ini.

Di awal wabah terjadi, Korea Selatan sudah melihat penurunan kasus, Presiden Moon Jae-in pada saat itu optimis wabah akan segera berakhir.

Tidak lama setelah itu, kasus Shincheonji muncul. Kasus di Korea Selatan melonjak menjadi ribuan. Warga mulai membuat petisi impeachment Moon.

Hingga akhirnya, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memutuskan wabah dinyatakan sebagai pandemi.

"Mungkin butuh lebih banyak waktu daripada yang kita duga. Semuanya, tolong jangan letih," ujar Moon.




Kementerian Agama Luncurkan Program “Baper Bahagia” untuk Dukung Ketahanan Pangan Masyarakat Desa

Sebelumnya

Fitur Akses Cepat Kontak Darurat KDRT Hadir di SATUSEHAT Mobile

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel News