VIRUS Corona atau Covid-19 yang saat ini tengah menjadi pandemi global menjadi kekhawatiran bagi banyak pihak. Ketika tim medis bergotong-royong menangani pasien virus corona di berbagai negara, di sisi lain tim peneliti berbondong-bondong melakukan penelitian untuk mencari vaksin, obat serta penangkal virus yang menyerang saluran pernapasan itu.
Bukan hanya di China, Amerika Serikat dan negara barat lainnya, penelitian semacam itu pun dilakukan di Indonesia.
Bahkan, kabar baiknya, tim peneliti dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) bekerja sama dengan Institut Pertanian Bogor (IPB) berhasil mengembangkan penelitian terkait jambu biji (guajava) sebagai kandidat potensial untuk mencegah virus corona.
Penelitian yang menggunakan metode penelitian bioinformatika ini memanfaatkan basis data miliki Laboratorium Komputasi Biomedik dan Rancangan Obat Fakultas Farmasi UI. Dengan total basis data sebanyak 1.377 senyawa, senyawa-senyawa herbal tersebut akan dipetakan dan dikonfirmasi menggunakkan metode pemodelan molekuler untuk dievaluasi aktivitas anti virusnya.
Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Ari Fahrial Syam, dalam keterangan yang dirilis di situs resmi UI, ui.ac.id, mengemukakan bahwa jambu biji memiliki kandungan senyawa yang cukup lengkap untuk menangkal penyebaran virus corona.
"Dari riset bioinformatika, kandungan dalam jambu biji mampu mencegah atau paling tidak mengurangi virus tersebut," tutur Ari.
Dari hasil penelitian tersebut, ditemukan beberapa golongan senyawa pada jambu biji yang berpotensi untuk menghambat dan mencegah virus corona. Golongan senyawa tersebut diantaranya adalah hesperidia, rhamnetin, kaempferol, kuersetin dan myricetin.
Ari mengatakan, hasil penelitian ini telah disampaikan pada "Seminar dan Workshop Eksplorasi Bahan Herbal Kandidat Potensial Antivirus Corona: Analisis Big Data dan In Silico" yang diselenggarakan pada 3-5 Maret 2020 di Fakultas Kedokteran UI.
Pihaknya akan mempersiapkan hasil penelitian ini untuk publikasi internasional dan mencari dukungan dari industri farmasi untuk produksi skala besar.
Namun, proses ini belum diketahui kapan selesainya karena membutuhkan percobaan penelitian ke binatang dan manusia.
Kendati begitu, Ari menegaskan bahwa hasil penelitian ini membutuhkan pemeriksaan lanjutan untuk mengetahui komponen yang tepat untuk pengobatan Virus Corona.
KOMENTAR ANDA