Quraish Shihab/Net
Quraish Shihab/Net
KOMENTAR

GUBERNUR DKI Jakarta Anies Baswedan mengeluarkan keputusan untuk meniadakan shalat Jumat berjamaah di masjid-masjid di Jakarta selama dua minggu ke depan demi mengerem penularan virus corona.

Langkah semacam ini juga telah dilakukan lebih dulu oleh Iran dan Singapura dengan tujuan serupa.

Lantas, bagaimana Islam memandang hal tersebut?

Pendiri Pusat Studi Al Quran, M. Quraish Shihab, melalui saluran YouTube presenter Najwa Shihab (Kamis, 19/3) menjelaskan hal tersebut dari kacamata agama Islam.

Dia menjelaskan, semua persolan jika dikaitkan dengan agama, maka salah satu hal yang harus diperhatikan adalah mengapa agama itu hadir.

"Ulama-ulama sepakat bahwa ada lima minimal, tujuan kehadiran agama. Yang pertama memelihara agama itu sendiri, memelihara jiwa, memelihara akal, memelihara harta benda dan memelihara keturunan," jelasnya.

"Karena itu, segala sesuatu yang mengantar kepada pemeliharaan, itu merupakan anjuran bahkan kewajiban agama. Dan segala sesuatu yang menghambat dan mengakibatkan terabaikannya tujuan tersebut, terlarang oleh agama dalam berbagai tingkat larangan," sambung Quraish Shihab.

Terkait dengan virus corona yang saat ini tengah menjadi pandemi global, dia menhelaskan bahwa semua pihak sepakat bahwa virus ini membahayakan jiwa manusia.

"Karena itu, agama pasti mempunyai pendapat menyangkut hal ini. Dalam konteks ini, karena para ulama dan para dokter menyatakan bahwa bergaul dengan orang-orang, siapapun dia, apalagi yang terinfeksi dengan virus ini dapat membahayakan jiwa manusia," ujarnya.

"Maka perlu diambil langkah-langkah untuk menghindarkan pergaulan dengan mereka sedapat mungkin," sambung Quraish Shihab.

Merujuk pada hal tersebut, sambungnya, agama menyatakan bahwa karena ketika melaksanakan shalat Jumat berjamaah merupakan momen berkumpul orang-orang yang bisa mengalami penularan atau memberi penularan terhadap orang lain, maka ulama-ulama memberikan fatwa bahwa tidak dianjurkan bagi mereka yang khawatir akan terjadinya dampak buruk terhadap kesehatan, untuk hadir dalam shalat berjamaah, bahkan shalat Jumat.

"Itu fatwa buka saja dikeluarkan oleh Majelis Ulama Indonesia, tapi juga ulama-ulama di Al Azhar," tekannya.

"Memang agama Islam (di) sisi lain, agama ini memberi kemudahan segala sesuatu yang dapat mengakibatkan kesulitan terhindarkan oleh agama ini atau diupayakan untuk menghindarinya," sambungnya.

Quraish Shihab lebih lanjut menjelaskan sepenggal kisah di zaman sahabat-sahabat Nabi.

"Dulu pada zaman sahabat-sahabat Nabi, pernah terjadi hujan lebat sehingga jalan becek. Azan ketika itu diubah redaksinya," ujarnya.

"Kalau dalam azan ada kalimat yang menyatakan hayya 'alassholaah (atau) mari melaksanakan shalat, maka panggilan ketika itu berbunyi shalatlah di rumah kalian masing-masing," lanjutnya.

Ini bukan berkaitan dengan keselamatan jiwa, tapi berkaitan dengan kesehatan dan kemudahan.

"Karena itu pula, sabda Nabi, orang-orang yang memberi aroma yang tidak sedap, dilarang untuk mendekati masjid. Sabda Nabi, siapa yang makan bawang maka jangan mendekati masjid Nabi," ungkapnya.

"Kalau aroma buruk saja yang menyandangnya terlarang untuk mendekati, apalagi orang-orang yang dapat menimbulkan mudharat bagi kesehatan," demikian Quraish Shihab.




Sekali Lagi tentang Nikmatnya Bersabar

Sebelumnya

Anjuran Bayi Menunda Tidur di Waktu Maghrib Hanya Mitos?

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Tadabbur