TIDAK banyak orang tahu, bagaimana seseorang yang menduga dirinya terpapar virus Corona, mendapat pertolongan medis. Namun kemarin, cerita pasien ini cukup menggemparkan dunia Maya.
Ia mengaku harus mengalami penolakan dari sejumlah rumah sakit lantaran proses administrasi yang tidak jelas.
Begini kisah Lya Stockdale ....
"Tanggal 15 Februari, aku berangkat ke Jakarta karena Mamaku akan dioperasi ganti tempurung lutut. Dokter bilang, kondisi jantung Mama hanya 40%, so high risk untuk dibiusnya.
Jam 11 aku beli tiket untuk ke Jakarta. Berangkat dari Phoenix ke SD, transit 2 jam. Trus lanjut ke Singapore, transit 2 jam. Sampai Jakarta tanggal 17 Februari jam 10.55 am.
Aku langsung ke RS Pelni Petamburan. Mama dirawat seminggu habis operasi itu. Baru pulang 3 hari, kondisi mama drop, muntah darah dan pingsan. So, Mama dilarikan lagi ke RS Pelni, dirawat lagi seminggu. Kondisi beliau down banget, Hb-nya 6. Trus tanggal 1 Maret beliau boleh pulang. Aku bantuin kembaranku jaga Mama.
Tanggal 8 kembaranku dan suaminya mulai ga enak badan. Jumat (13/3), kembaranku panas banget dan dibawa ke RSGK. Di X-ray, bilangnya infeksi bakteri. Jadi dia dirawat sampai Selasa (17/3).
Jumat (13/3) aku malamnya demam dan diare. Badanku juga sakit kayak digebukin, kepala kayak ditibanin batu berton-ton, perut bawah sakit kayak orang mau lahiran. Akhirnya aku minum obat, mendingan tapi panasnya masih naik turun.
Senin (16/3), aku sesak nafas banget dan aku ke RSGK jam 1 siang. Di X-ray, hasilnya pneumonia dan aku langsung di suspect. Aku disuruh ke RS Sulianti Saroso sendiri, tanpa surat rujukan. Aku bilang, aku sesak sekali, ga tahu bisa make it ke sana atau tidak karena lumayan juga jaraknya. Aku minta pakai ambulance tapi mereka bilang suruh naik mobil sendiri.
Akhirnya aku tunggu sampai nafas stabil. Jam 11 malam aku berani, karena ga terlalu macet. Tapi sampai di sana, aku ditolak sama dokternya karena ga ada surat rujukan dan hasil lab aku cuma infeksi bakteria biasa berdasarkan CRP-nya. Dia suruh aku ke Poli Paru aja. Jadi aku balik lagi ke RSGK jam 12.30, tetep mereka ga mau rawat aku karena ga ada alat untuk cek covid mereka ga ada kamar dan aku ga boleh di IGD lagi.
So, aku pindah ke RSRT. Sama, full. Cuma stay di IGD dan dikasih vitamin aja. Jam 4 pagi aku harus pulang karena alasan kamar full dan di IGD tidak boleh lebih dari 2 jam. So aku balik lagi ke RSGK. Karena aku lemes banget, aku minta oksigen karena aku sesak banget. Tapi ditolak, aku begging nangis, minta tolong dengan sangat. Akhirnya dikasih oksigen dan siang aku diperiksa dr specialist paru.
Siangnya, dr specialist paru Handoko Gunawan, yang mustinya megang ku, ga masuk karena sakit. Akhirnya aku dikasih ke dr AH. Beliau ga berani pegang aku dan aku disuruh langsung ke RS rujukan covid. Tapi sekali lagi,. Mereka tidak mau mengeluarkan surat rujukan.
Akhirnya sore itu (Selasa, 17/3), aku ke RS Pelni dan dicek ulang semua dan hasil sama pneumonia dan aku disuspect covid. Akhirnya aku harus diisolasi. Nunggu di IGD dari jam 3 sore sampai 1 malam, baru dapat kamar isolasi. Aku udah mau pingsan, dua hari ga tidur, dilempar sana sini dan dalam keadaan sesak napas.
Rabu (18/3)aku di SWAB test dan Jumat (20/3) hasilnya aku positive Covid-19.
Aku percaya, segala sesuatu tidak ada yang kebetulan. Kalau aku harus lewatin ini, berarti Tuhan yang akan menyertai aku dan akan memperlihatkan kuasa-Nya lewat hidupku. Tolong terus bantu aku doa untuk perangi virus ini supaya cepat keluar dari tubuhku ....
Be safe guys!!!!
Ini kembaranku Lina Angels yang semalam masuk RS Pelni juga disuspect covid-19 juga. Lina udah di swab test dan hasilnya 3 hari lagi keluar. Please pray for her also.
Trus aku kemarin pagi udah di swab test kedua lewat idung dan hasilnya 3 hari lagi. Dan pagi tadi aku uda dikasih obat Oseltamivir ama chloroquine.
Tolong doakan terus supaya cepet pergi virusnya!!!!!!!!!"
KOMENTAR ANDA