Ilustrasi/Net
Ilustrasi/Net
KOMENTAR

SEBELUM wabah virus corona terjadi di Wuhan, pada akhir Nopember Italia telah diserang pneumonia aneh. Setidaknya ada 10 kasus pneumonia yang menyerang masyarakat di daerah Gera D'Adda dan Crema, dan sekitar Lombardy, Italia utara.

Disebutkannya semua pasien ini telah divaksinasi influenza musiman. Pasien pulih dalam 15 hari, setelah melalui perawatan 2 hingga 3 tahap pengobatan antibiotik. Bahkan, di Wales, pada November 2019 ditemukan penyakit yang secara klinis tampak sebagai pasien Covid-19.

Pernyataan ini keluar dari ahli medis terkemuka Italia dan tersebar luas di media sosial.

Direktur Institut Negeri Mario bidang Penelitian Farmakologis di Milan, Dr. Giuseppe Remuzzi, yang telah mengeluarkan pernyataan tersebut. Ini seperti ia telah menduga bahwa wabah virus corona bukan bermula dari Wuhan, China, melainkan lebih dulu dari Italia.

Pernyataan itu mengejutkan banyak pihak. Dalam wawancara dengan media nasional, Remuzzi mengatakan ia ingat mendengar dari dokter umum di wilayah Lombardy, yang menyebut bahwa mereka pernah melihat pneumonia yang sangat aneh dan parah, terutama pada orang tua pada sekitar Desember atau November.

"Ini berarti bahwa virus itu beredar, setidaknya di [wilayah utara] Lombardy dan sebelum kita menyadari wabah ini terjadi di China," kata Remuzzi, melansir CGTN, Senin (23/3) Pk. 20.00 waktu setempat.

Dalam sebuah wawancara dengan media lokal Italia, La7 Attualità, Remuzzi juga menyebutkan gejala pneumonia khusus telah ditemukan pada Oktober, November, Desember.

Ketika dimintai konfirmasi oleh CGTN, Remuzzi menyebut mungkin saja itu semua hanya rumor, tetapi ia yakin memang ada pasien dengan gejala aneh yang diduga sebagai Covid-19.

Lebih dari 10 kasus di Scanzorosciate, Gera D'Adda dan Crema, Italia, mengalami demam tinggi, batuk, kelelahan, dan kesulitan bernapas yang tidak berhubungan dengan influenza musiman, karena semua pasien ini telah divaksinasi.

"Kami tidak tahu apakah itu virus corona atau bukan, karena mereka tidak dites dan pasien tidak melakukan rontgen," kata Remuzzi. "Tapi ini 10 kasus pneumonia lebih banyak daripada yang mereka (dokter umum) biasanya lihat."

Selain itu, ia juga menyebutkan korespondensi yang ia terima dari pasien di Wales, mengatakan bahwa ada beberapa kasus yang secara klinis tampak seperti virus corona, padahal mereka menderita sakit pada bulan November. Sementara Covid-19 baru diidentifikasi para ahli sekitar awal Januari 2020.

Jadi, apakah Remuzzi menduga virus corona baru atau Covid-19 asal usulnya dari Italia?

Para ilmuwan dunia memang masih menyelidiki dari mana asal usul virus corona atau Covid-19 ini berasal. Belum ada bukti-bukti yang kuat. Pakar pernapasan Tiongkok, Zhong Nanshan, menegaskan meskipun China adalah yang pertama melaporkan patogen, tetapi belum pasti dari mana asalnya.

Saat ini China telah mencatat angka penurunan kasus virus corona menjadi nol dalam beberapa hari berturut-turut. Sebaliknya, di Italia data kasus semakin bertambah. Angka terbaru menunjukkan jumlah kematian pasien virus corona di negara itu mencapai 5.476 pada hari Minggu. Ini merupakan musibah terbesar yang dialami Italia sepanjang sejarah dalam dunia kesehatan.

Perdana menteri Italia mengatakan, mereka menghadapi saat yang paling suram sejak Perang Dunia Kedua. Salah satu faktor tingginya angka kematian di Italia menurut para ahli medis, adalah bahwa Italia memiliki populasi tertua di dunia setelah Jepang. Sekitar 23 persen populasi Italia berusia di atas 65 tahun.

Italia tengah berusaha menanggulangi wabah ini dengan sekuat tenaga, dan ia membutuhkan banyak dukungan dari berbagai pihak.

Apa yang masyarakat ketahui sekarang adalah bahwa virus itu melompat ke manusia dari binatang - atau "sumber alami" lain, seperti yang disimpulkan oleh banyak peneliti. Sayangnya, kita masih tidak tahu di mana dan kapan itu terjadi.




Gunung Lewotobi Kembali Meletus Disertai Gemuruh, Warga Diimbau Tetap Tenang dan Waspada

Sebelumnya

Timnas Indonesia Raih Kemenangan 2-0 atas Arab Saudi

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel News