Guru Besar Epidemiologi FKM UI, Prof. DR. dr. Bambang Sutrisna, MHSc/Net
Guru Besar Epidemiologi FKM UI, Prof. DR. dr. Bambang Sutrisna, MHSc/Net
KOMENTAR

IMBAUAN pemerintah untuk warga melakukan self distancing dan self quarantine, atau yang lebih familiar dengan istilah #dirumah aja demi mengerem penularan virus corona atau Covid-19 haruslah dijalankan dengan serius.

Pasalnya, belum ada obat yang bisa menyembuhkan pasien Covid-19 hingga saat ini. Terlebih, virus ini bisa menular dengan sangat mudah dan cepat.

Seorang dokter yang juga putri almarhum Prof. DR. dr. Bambang Sutrisna, MHSc, Guru Besar Epidemiologi FKM UI yang meninggal karena terinfeksi virus corona awal pekan ini, mengungkapkan curahan hatinya soal betapa ganasnya virus corona dan betapa pentingnya self distancing dilakukan dengan serius.

Untuk diketahui, dr. Bambang meninggal dunia di Rumah Sakit Persahabatan setelah sebelumnya terinfeksi virus corona dari Pasien Dalam Pengawasan (PDP) corona yang "bandel".

"Hari ini makna #dirumahaja yang sebagian dari kalian abaikan dan jadikan lelucon menjadi air mata buat keluarga kami," tulis sang putri, Leonita Triwachyuni A S, MD di akun Instagramnya @nonznonz.

"Ya memang, ayah saya bisa dibilang bandel. Disuruh jangan praktek, bilangnya kasian orang dari jauh. Ternyata pasien yang dibilang kasian itu adalah suspek Covid-19 dengan rontgen paru-paru yang sudah putih semua," sambungnya.

Dia menjelaskan bahwa sang pasien "bandel" karena pulang paksa dari rumah sakit. Namun sang pasien justru membawa petaka bagi ayahnya karena menularnya virus tersebut.

"Ayah saya demam, sesak (napas)," tambahnya.

Leonita menekankan bahwa ayahnya adalah sosok yang tidak pernah mengeluh. Bahkan ketika sang ayah patah kaki, dia masih bisa memaksakan diri untuk berjalan. Ketika sang ayah batuk, dia masih menyempatkan diri untuk mengajar secara online.

Jadi, ketika ayahnya tiba-tiba mengeluh bahwa dia merasakan sesak napas, itu merupakan sesuatu yang tidak main-main.

Ketika mengeluhkan batuk dan sesak napas, sang ayah segera dilarikan ke rumah sakit, namun kondisinya tidak membaik.

"Saturasi terus turun, RJP, intubasi dan meninggal dunia," tulisnya.

Leonita menceritakan sepenggal kisah pilu di momen-momen terakhir sang ayah sebelum menutup mata untuk selama-lamanya.

"Yang menyedihkan untuk pasien suspek Covid-19 adalah meningga sendirian, sesak sendirian," tulisnya.

"Mau minta tolong? tidak ada perawat yang berjaga. Ruang isolasi tertutup, keluarga tidak bisa lihat," tambahnya.

"Tahu apa yang papa lakukan ketika sesak tadi malam? Telepon anak dan menantunya minta tolong," sambung Leonita.

Dia pun segera menelepon pihak rumah sakit untuk memberitahu tim medis bahwa ayahnya sesak napas. Hanya itu yang bisa dilakukan pada saat itu, karena pihak keluarga juga tidak diizinkan datang ke rumah sakit.

"Jadi, selama kalian punya hidup yang kalian hargai, punya keluarga yang kalian kasihi dan masih hidup, please jangan menambah penyebaran virus," tekannya.

Dia bahkan mengatakan bahwa jenazah sang ayah tidak bisa disemayamkan.

"Foro dimakamkan? Foto jenazah dimandikan? jelas tidak ada. Semua tidak bisa kami lakukan, bahkan sekedar memilih pemakaman yang diinginkan (dan sudah dibeli) papaku saja tidak bisa," tulisnya lagi.

"Disemayamkan di mana? Boro-boro disemayamkan, keluarga bahkan ga lihat wajah papaku sejak papaku masuk isolasi. Tidak bisa juga menemani saat papa sesak," tambahnya.

"Sekarang yang tersisa cuma deretan bunga di depan rumah yang tidak bisa bikin papa kembali," tutupnya.

Dia mengingatkan pentingnya melakukan social distancing agar terhindar dari penularan virus corona.

"Saya tulis ini cuma mau minta tolong, please untuk yang punya pilihan, jangan bandel, di rumah aja. Dan yang sudah di rumah sakit jangan bandel sampai pulang paksa," demikian Leonita.




BMKG: Waspadai Suhu Panas Harian Hingga 38,4 Derajat Celsius

Sebelumnya

bank bjb Raih Penghargaan Top 20 Financial Institution 2024 dari The Finance

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel News