KOMENTAR

BANYAK perempuan mengidentikkan ungkapan “mencintai diri sendiri” dengan menerima kondisi fisik apa adanya alias mengedepankan inner beauty. Memutuskan tidak menyiksa diri untuk terlihat kurus demi dinilai cantik oleh orang lain.

Ya. Memang betul, salah satu cara untuk self-love adalah dengan menerima kekurangan diri—dalam hal ini adalah fisik yang tidak dianggap ideal oleh banyak orang.

Dalam keseharian, kita dihadapkan pada kenyataan ‘pahit’. Para artis, model, juga selebgram ternama, 90 persen lebih di antara mereka adalah sosok perempuan cantik yang paras dan bentuk tubuh mereka dipuji khalayak. Kulit putih, hidung mancung, tubuh langsing. Tak ayal, kita selalu merasa kesulitan untuk mencintai diri sendiri. Tak jarang kita membeli sebuah produk yang berkaitan dengan urusan perempuan dengan harapan dapat menyerupai fisik brand ambassador-nya.

Untuk mengatasi gemuruh di dada karena sulit menerima kenyataan tubuh kita dihiasi lemak sana-sini, stretchmark sisa melahirkan atau parut tanda operasi caesar, kulit berwarna sawo matang, juga kerutan di wajah yang mulai tampak, ada baiknya kita merenung.

Saat menjalani masa #dirumahaja untuk social distancing, kita bisa mengisi waktu dengan memaknai self-love secara utuh.

Apa sebenarnya yang dimaksud dengan mencintai diri sendiri?

Secara sederhana, self-love diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk menerima dirinya sendiri, termasuk merasa bangga dan puas dengan apa yang ada pada dirinya, yang bersifat lahir maupun batin.

Dalam hal-hal yang bersifat lahir, cinta diri berarti kita mencintai tubuh kita. Caranya adalah dengan merawatnya, memberi tubuh makan dan minum agar selalu sehat, menjaga tubuh dari hal-hal yang membahayakan, juga mengobati tubuh saat merasa sakit.

Sedangkan dalam hal-hal yang bersifat batin, cinta diri berarti mencintai hati dan pikiran kita. Caranya dengan menstimulasi pikiran dan mental kita melalui suara-suara yang menenteramkan hati, sentuhan yang memberi rasa aman, bau-bau yang menenangkan, dan menikmati hal-hal yang menyenangkan hati.

Dengan memahami hakikat self-love tersebut, kita akan menyadari bahwa ungkapan “mencintai diri sendiri” bukan semata menerima kondisi tubuh yang tidak ideal.

Jika kita memiliki tubuh dengan berat badan yang berlebih dari berat yang dianjurkan dan kita merasa kita harus mengubah kondisi tersebut, bukan lantas kita tidak mencintai diri sendiri. Justru, karena kita mencintai diri sendiri, kita merasa harus merawat tubuh dan menjaga kesehatannya. Caranya, dengan mengurangi berat badan ke angka yang disarankan dokter, bukan ke angka ukuran XS ala para model.

Salah satu tanda bahwa kita mencintai diri sendiri adalah kita melakukan hal-hal yang tidak melanggar aturan kesehatan demi mendapatkan berat badan yang lebih ideal. Tidak mengurangi porsi makan dengan drastis, tidak mengurangi asupan gizi, tidak pula berlebihan dalam berolah raga. Kita melakukan prosesnya secara step by step, tanpa terburu-buru.

Dalam urusan fisik juga, mencintai diri sendiri bukan berarti tidak mau merawat diri. Wajah kusam dan berjerawat, biarkan saja. Diterima saja. Lalu ngeyel mengatakan “saya meraih apa yang saya cita-citakan dengan otak dan kerja keras, bukan mengandalkan paras cantik”. Mencibir perempuan-perempuan yang hobi merawat wajah dan tubuh. Padahal sejatinya, merawat kebersihan, kesehatan, dan kecantikan diri adalah cara bersyukur sekaligus mencintai diri. Yang dilarang adalah mengubah ciptaan Allah yang ada di tubuh kita.

Demikian pula dengan hal-hal yang bersifat batin. Self-love memang berarti menerima diri sendiri dengan berbagai kekurangan dan kelebihan diri kita. Tapi, ketika kita merasa dapat memperbaiki kekurangan diri kita untuk menjadi manusia yang lebih baik, mengapa tidak?

Contohnya saja, ketika menyadari bahwa diri kita begitu mudah terbawa emosi dalam menyikapi suatu hal, bukan lantas kita cuek dengan dalih “ini diriku apa adanya”. Kita seharusnya terus mengaji dan mengkaji, meminta pencerahan dari para ustaz/ ustazah agar bisa menjadi pribadi yang lebih tawadhu dan sabar.

Atau misalkan kita kesulitan berbicara di depan orang banyak, kita tidak lantas bersembunyi di balik kelemahan itu dengan mengatakan “ya memang beginilah saya”. Akibatnya, kita tidak berani mengembangkan diri masuk ke organisasi atau komunitas. Padahal, mengambil kelas public speaking untuk meningkatkan kepercayaan diri adalah satu cara kita mencintai diri sendiri.

Jadi, kita tak perlu terus-menerus menggerutu karena harus #dirumahaja. Karena social distancing yang kita jalani sekarang ini merupakan sebuah cara mewujudkan self-love. Kita menjaga diri kita dari kemudaratan. Kita menjauhi bahaya. Kita melindungi tubuh kita dari kemungkinan terinfeksi virus corona. Kita memupuk imunitas tubuh. Kita lebih khusyuk mendekatkan diri kepada Sang Khalik.

Inilah cara kita mencintai diri kita secara utuh, lahir dan batin.

 

 




Menutup Tahun dengan Prestasi, dr. Ayu Widyaningrum Raih Anugerah Indonesia Women Leader 2024

Sebelumnya

Meiline Tenardi, Pendiri Komunitas Perempuan Peduli dan Berbagi

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Women