KEJADIANNYA sungguh menggetarkan hati, tatkala seorang perempuan berwajah nestapa datang meminta sesuatu yang dapat mengganjal perut. Disampingnya ada dua anak perempuan yang sedang berjuang keras melawan ganasnya ujian kelaparan.
Rumah yang didatanginya adalah rumah yang penuh kemuliaan dan keberkahan, yakni kediaman Nabi Muhammad.
Di sana hanya ada Aisyah yang ternyata juga dalam kondisi menyedihkan, cuma sebutir kurma yang dimiliki oleh istri tercinta Rasulullah tersebut. Aisyah menyerahkan sebutir kurma miliknya, tetapi wanita itu tidak memakannya.
Sebutir kurma itu dibagi menjadi dua, lalu masing-masing bagian diserahkan kepada dua anak perempuannya. Ada rona kebahagiaan di wajah wanita itu melihat putri-putrinya menyantap setengah butir kurma. Kejadian itu disampaikan oleh Aisyah kepada suaminya.
Perlu diingat! di rumah Nabi Muhammad, seorang suami yang menjadi pemimpin agama dan juga dunia, yang menaklukkan timur dan barat, istrinya hanya memiliki sebutir kurma. Dan itu pun disedekahkan kepada peminta-minta.
Rasulullah tidak menyesali apalagi menyalahkan atas lenyapnya sebutir kurma yang menjadi tumpuan makanan terakhir. Namun beliau memuji kemuliaan hati istrinya dan memberikan mutiara hikmah yang
tiada ternilai harganya.
Sebagaimana yang tercantum dalam kitab Riyadhush Shalihin, Rasulullah bersabda, “Barang siapa yang diuji dengan anak-anak perempuan kemudian ia dapat mengasuhnya dengan baik maka anak-anak perempuan itu akan menjadi tirai baginya dari api neraka.”
Jika dipandang dari dimensi masa sekarang ini, maka apa yang dilakukan wanita itu tergolong menakjubkan. Dia rela memperpanjang episode lapar dirinya demi anak perempuannya. Begitulah seorang ibu sejati, yang rela berkorban demi buah hatinya. Siapapun yang meniru wanita itu,
maka dia layak mendapatkan pahala yang besar.
Namun jika dipandang dari dimensi masa lalu, ketika itu budaya Jahiliyah memporak-porandakan harkat dan martabat perempuan, maka apa yang dilakukan wanita tersebut tergolong luar biasa, benar-benar spektakuler. Karena di masa Jahiliyah itu perempuan diperlakukan sangat rendah.
Tidak tanggung-tanggung, atas kebaikannya dalam mengasuh anak perempuan, Rasulullah memberi jaminan dirinya akan terbentengi dari siksa api neraka. Dan ganjaran luar biasa ini berlaku juga bagi siapa saja yang meniru wanita tersebut dalam menjaga anak perempuannya.
Tidak ada yang pantas meragukan komitmen agama Islam dalam memuliakan perempuan. Sayangnya, keluhuran ajaran Islam terhadap perempuan itu seringkali dikaburkan oleh berbagai budaya yang justru
terbiasa merendahkan perempuan.
Contoh mudahnya, dalam bidang pendidikan anak laki-laki lebih diprioritaskan dibanding yang perempuan, anak perempuan dilatih untuk melayani saudara laki-lakinya, pernikahan dini anak perempuan masih marak terjadi disebabkan orangtua yang ingin mengurangi beban biaya hidup, anak perempuan telah bekerja keras sejak kecil dan anak-anak perempuan menanggung beban keganasan dunia di usia yang terlalu muda.
Segala macam perlakuan diskriminatif terhadap anak perempuan harus dihentikan, meskipun itu berasal dari budaya setempat. Sungguh keterlaluan bila di masa modern ini masih ada yang semena-mena terhadap anak perempuan.
Sementara wanita yang berjumpa dengan Aisyah menanggung beratnya tekanan masyarakat, karena ketika dirinya berbuat baik terhadap anak perempuan, justru bertolak belakang dengan budaya setempat.
Nabi Muhammad tidak sia-sia memuliakan wanita tersebut dan memberi jaminan keselamatan dirinya dari siksa neraka. Karena sesungguhnya kebaikan yang diberikan terhadap anak perempuan merupakan kebaikan untuk diri kita sendiri, untuk agama, negara dan juga masa depan.
Suka atau pun tidak, anak perempuan itu kan menjadi ibu peradaban di masa mendatang. Apabila sejak kecil anak perempuan sering menerima prilaku buruk, jangan salahkan bila setelah dewasa dirinya melampiaskan berbagai keburukan itu kepada anak-anaknya.
Ada kejadian tentang seorang wanita yang berlaku kejam terhadap anak-anaknya, dan keganasannya kian menjadi-jadi terhadap anak perempuan. Setelah diusut ternyata semasa kecil dirinya mengalami kekerasan yang menyedihkan.
Sayangnya, dia melampiaskan trauma masa kecilnya itu kepada anak perempuannya sendiri.
Lain halnya jika sejak kecil anak perempuan itu menerima berbagai kebaikan, ketika dewasa dia menjadi ibu peradaban yang percaya diri, kreatif, dan gemar berbuat kebaikan.
Dari itulah, menjadi sangat masuk akal bila Rasulullah memuji dan memberi garansi selamat dari neraka bagi wanita yang berbuat baik terhadap anak perempuannya.
KOMENTAR ANDA