Toxic Parents/Net
Toxic Parents/Net
KOMENTAR

MEMILIKI buah hati merupakan sebuah anugerah dan membawa warna tersendiri dalam keluarga.

Namun, mendidik dan membesarkan sang buah hati bukanlah perkara mudah. Terkadang, atau bahkan sering, orangtua mengartikan makna cinta dan kasih sayang kepada anak dengan cara yang tidak tepat. Hal itu bisa menghambat pertumbuhannya atau bahkan membuat anak merasa terluka, baik secara fisik, mental ataupun emosi.

Mengutip artikel mengenai parenting di situs resmi Binus, binus.ac.id, dalam istilah psikologi, orang tua dengan karakteristik demikian disebut sebagai "toxic parents".

Lalu, apa saja tanda-tanda toxic parents?

1. Terlalu sering mengkritik anak dan tidak membiarkan anak mengemukakan pendapat

Orang tua cenderung hampir selalu mengkritik setiap apa yang dilakukan oleh anak dan tidak mempercayai anak mampu melakukan sesuatu hal dengan benar.

Toxic parents juga cenderung tidak mengizinkan anak mengemukakan pendapatnya, terutama pendapat yang berseberangan dengan pendapat orang tua dan sering sekali menyela ketika anak sedang mengemukakan pendapatnya.

Efek dari anak yang tidak diberikan "ruang" untuk berpendapat dan terlalu sering dikritik adalah anak akan tumbuh menjadi individu yang tidak pecaya diri, anakpun tidak memiliki ketrampilan dalam mengutarakan pendapat ke orang lain dan sulit dalam membuat keputusan penting dalam hidupnya.

2. Selalu menyalahkan anak untuk hal-hal yang buruk

Orang tua menyalahkan anak untuk hal-hal buruk yang terjadi dalam keluarga, padahal penyebabnya bisa dari berbagai macam faktor. Misalnya, usaha keluarga turun ketika anak kedua lahir. Kemudian orang tua sering sekali membahas hal tersebut. Akibatnya anak merasa bahwa dialah yang menjadi penyebab dari kemalangan keluarga.

3. Mempermalukan, membandingkan dan membicarakan keburukan anak

Setiap individu memiliki kebutuhan dasar, salah satunya adalah kebutuhan untuk dihargai dan diterima oleh orang lain atau lingkungan. Sama halnya juga setiap anak pasti memiliki kebutuhan untuk dihargai dan diterima oleh orang tua mereka tanpa syarat, apapun kondisi anak.

Baik buruknya kondisi setiap anak tentu akan diterima oleh orang tua, salah satunya adalah menjaga perasaan anak.

Namun tidak sedikit kita temui orang tua yang membicarakan hal buruk anak di depan orang lain.

4. Menjadi "rentenir"

Kita juga tentu sepakat bahwa orang tua telah banyak berkorban demi masa depan setiap anak-anaknya. Istilah "rentenir" ini merujuk pada orang tua yang sering mengungkit tentang besarnya biaya yang telah dikeluarkan orang tua untuk memenuhi kebutuhan anaknya.

Hal ini biasanya dilakukan orang tua sebagai "senjata" agar anak selalu mengikuti apa yang diinginkan oleh orang tua sehingga anak merasa tidak enak hati jika menolak keinginan orang tua.

Lalu, apa saja dampak yang akan terjadi pada anak dengan toxic parents tersebut ?

Untuk anak yang cenderung bertipe penurut, mereka akan tumbuh menjadi anak yang selalu ingin membahagiakan orang tua tanpa memikirkan dan melibatkan emosi mereka sendiri. Mereka akan cenderung mengabaikan perasaannya sendiri.

Selain itu, anak akan tumbuh menjadi individu yang tidak berani mengungkapkan pendapat dan keinginan mereka secara dewasa, tidak hanya ke orang tua melainkan juga ke orang lain.

Sedangkan untuk anak yang cenderung tipe pemberontak, mereka akan tumbuh menjadi anak yang membangkang, bukan hanya kepada orang tua saja melainkan bisa juga pada aturan yang terjadi di masyarakat atau lingkungan.

Karena itu, mari kita berkaca apakah kita masuk ke dalam salah satu dari kategori tersebut?




Mengajarkan Anak Usia SD Mengelola Emosi, Ini Caranya

Sebelumnya

Jadikan Anak Cerdas Berinternet Agar Tak Mudah Tertipu Hoaks

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Parenting