VIRUS corona yang menjadi pandemi global saat ini mengingatkan kita sebagai manusia, soal pentingnya mencuci tangan dengan tepat. Mencuci tangan yang tepat dilakukan dengan air hangat dan sabun selama 20 detik.
Sejauh ini, mencuci tangan masih merupakan salah satu senjata ampuh mencegah penularan virus bernama resmi Covid-19 tersebut.
Namun ternyata, sejumlah penelitian terdahulu menemukan bahwa ternyata wanita lebih cenderung untuk mencuci tangan, menggunakan sabun dan scrub untuk jangka waktu yang lebih lama daripada pria setelah menggunakan kamar kecil.
Salah satu peneliti yang melakukan penelitian tersebut adalah Carl Borchgrevink, direktur School of Hospitality di Michigan State University di East Lansing. Dia mengambil data survei semacam ini dengan "sejumput garam".
Apa maksudnya?
Penelitian tersebut tidak dilakukan dengan bertanya langsung kepada responden. Karena, ada kecenderungan bahwa responden akan berbohong soal hal tersebut.
"Jika Anda berada di toilet di bandara, misalnya, dan ketika Anda keluar seseorang bertanya kepada Anda, apakah Anda mencuci tangan? Dan apa yang akan Anda katakan? Ya, tentu saja," kata Borchgrevink.
Jadi, ketika peneliti melakukan penelitian dengan cara bertanya secara langsung tentang kebiasaan mencuci tangan orang, mayoritas dari para responden mengatakan iya.
Karena itulah, untuk menggali lebih dalam apa yang sebenarnya dilakukan orang-orang setelah menggunakan toilet, Borchgrevink menugaskan 12 asisten peneliti di Michigan State University dengan pekerjaan diam-diam "nongkrong" di empat toilet berbeda di dalam dan di luar kampus. Mereka bertugas untuk mencatat apa yang sebenarnya dilakukan oleh 3.749 pria dan wanita setelah keluar kamar kecil.
Hasilnya cukup mengejutkan para peneliti. Dari data yang dikumpulkan,hanya sedikit orang yang mencuci tangan dengan benar
Sekitar 15% pria sama sekali tidak mencuci tangan usai menggunakan toilet. Jumlah ini lebih banyak dibandingkan dengan 7% wanita.
Sementara itu, di antara mereka yang mencuci tangan, hanya 50% pria yang menggunakan sabun. Sedangkan dalam kategori wanita, 78% di antaranya mencuci tangan dengan menggunakan sabun.
Secara keseluruhan, hanya 5% orang, baik pria maupun wanita yang mencuci tangan cukup lama untuk membunuh kuman usai menggunakan toilet.
Penelitian itu dilakukan pada tahu 2013 lalu.
Sementara itu, penelitian lainnya yang lebih besar pernah diterbitkan pada tahun 2009. Penelitian itu menggunakan lebih banyak metode teknologi tinggi.
Dengan menggunakan perangkat nirkabel untuk mencatat berapa banyak orang yang memasuki toilet dan menggunakan pompa dispenser sabun, para peneliti dapat mengumpulkan data pada hampir 200.000 perjalanan toilet selama periode tiga bulan.
Hasilnya ditemukan bahwa hanya 31% pria dan 65% wanita mencuci tangan dengan sabun.
Profesor psikologi kesehatan dan direktur Pusat Perubahan Perilaku di Departemen Psikologi Klinis, Pendidikan dan Kesehatan di University College London, Susan Michie mengatakan jelas ada kesenjagan besar antara pria dan wanita yang mencuci tangan.
"Hasil menarik lainnya adalah semakin banyak orang berada di area toilet, semakin besar kemungkinan mereka untuk mencuci tangan," kata Michie, yang merupakan penulis penelitian tersebut.
"Jika tidak ada orang di sekitar, orang cenderung untuk keluar tanpa ada yang memperhatikan (untuk mencuci tangan)," sambungnya.
Lalu mengapa ada semacam kesenjangan gender dalam kebiasaan mencuci tangan antara pria dan wanita?
Sebenarnya, ada jauh lebih sedikit penelitian yang dilakukan tentang apa kaitannya gender dengan kebiasaan mencuci tangan.
Michie sendiri mengatakan bahwa hal itu kemungkinan merupakan pola perilaku yang diprogram secara sosial dan bukan karena faktor genetik.
"Wanita lebih fokus pada perawatan daripada pria, pengasuhan anak, perawatan rumah tangga, perawatan pribadi," katanya.
KOMENTAR ANDA