KOMENTAR

MALAYSIA merupakan negara dengan tingkat infeksi virus corona atau Covid-19 tertinggi di kawasan Asia Tenggara saat ini.

Per hari Rabu (1/4), tercatat telah ada 2.908 kasus infeksi virus corona yang dikonfirmasi di negeri jiran tersebut dengan 45 kasus kematian dan 645 pasien yang dinyatakan sembuh.

Demi memutus mata rantai penularan virus tersebut, pemerintah Malaysia pun memberlakukan lockdown sejak bulan lalu.

Di tengah situasi rumit tersebut, pemerintah Malaysia kebanjiran kritik pedas dari warganya sendiri. Penyababnya adalah poster-poster yang dikeluarkan oleh Kementerian Perempuan, Pengembangan Keluarga dan Komunitas Malaysia melalui sejumlah media sosial termasuk Facebook dan Instagram.

Poster-poster itu disertai dengan tagar #WomenPreventCOVID19, sebuah seruan agar wanita ikut ambil bagian dalam upaya mengerem penularan virus corona.

Seruan itu mengajak para wanita membantu menyukseskan lockdown parsial pemerintah, dengan salah satu caranya adalah dengan tidak membuat suami mereka merasa tidak nyaman di rumah.

Pihak kementerian menyarankan para wanita untuk menahan diri untuk tidak marah-marah atau sarkastik jika mereka meminta bantuan pekerjaan rumah tangga kepada suami.

Selain itu, pihak kementerian juga mengajak wanita yang bekerja dari rumah untuk berdandan dan memakai riasan.

Poster-poster kampanye itu segera mengundang banyak reaksi negatif dari warga Malaysia. Banyak yang menilai bahwa kampanye dan seruan semacam itu justru merendahkan wanita.

"Itu sangat merendahkan baik wanita maupun pria," kata Nisha Sabanayagam, seorang manajer di kelompok advokasi All Women's Action Society, kepada Reuters.

"Poster-poster ini mempromosikan konsep ketidaksetaraan gender dan mengabadikan konsep patriarki," sambungnya.

Di media sosial, poster-poster ini juga mengundang cemoohan.

"Bagaimana kita mulai dari mencegah pembuangan bayi, memerangi kekerasan dalam rumah tangga ke beberapa varian dari Klub Istri yang Taat?" tulis pengguna Twitter @yinshaoloong.

"Hindari memakai pakaian rumah. Berdandan seperti biasa, pakai make-up dan berpakaian rapi. OMG! Ini yang menurut Rina, Menteri Perempuan, Pengembangan Keluarga dan Komunitas kita penting selama lockdown?" tulis pengguna Twitter lainnya, @honeyean.

Setelah kebanjiran kritik dan kecaman, pihak kementerian pun menarik kampanye dan seruannya tersebut. Dimuat npr.org pada Rabu (1/4), pihak kementrian mengklaim bahwa seruan semacam itu mulanya dibuat hanya dengan tujuan agar hubungan positif di antara anggota keluarga selama periode mereka bekerja dari rumah berjalan dengan baik.

Kementerian mengakui bahwa saran itu bisa menyinggung beberapa orang dan berjanji untuk tetap berhati-hati di masa depan.




Stella Christie, Ilmuwan Kognitif dan Guru Besar Tsinghua University yang Terpilih Jadi Wakil Menteri Dikti Saintek RI

Sebelumnya

Nicke Widyawati Masuk Fortune Most Powerful Women 2024

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Women