PENULIS kontemporer ternama dunia asal Amerika Serikat, Stephen King, meminta maaf kepada publik karena membuat sebagian orang merasa seperti mereka tengah hidup dalam salah satu novelnya.
King sendiri dikenal dengan karya novelnya yang umumnya bergenre horor, fiksi ilmiah, dan fantasi. Salah satu novelnya yang ternama berjudul "The Stand". Ini adalah novel dark fantasy yang pertama kali diterbitkan pada tahun 1978 oleh Doubleday.
Kisah dalam novel ini secara garis besar berpusat pada pandemi influenza yang dipersenjatai dan membunuh hampir seluruh populasi dunia. Buku ini telah terjual jutaan copy di seluruh dunia.
Namun, situasi yang kini terjadi di dunia, di mana hampir semua negara dan wilayah tengah berperang melawan pandemi virus corona atau Covid-19, menurut sejumlah orang, tampak serupa dengan apa yang dia tulis dalam novel tersebut.
Sang novelis pun bingung ketika banyak orang yang menyamakan novelnya dengan situasi saat ini.
King mengatakan, banyak orang membandingkan wabah virus corona dengan virus yang dia buat dalam novel tersebut. Hal itu karena ada beberapa kesamaan, termasuk presiden yang mengklaim akan ada vaksin yang tersedia segera.
Bahkan dia mengatakan, ada keanehan lain. Di salah satu novelnya yang berjudul "The Dead Zone", karakter "orang awam" menjadi pemimpin dunia seperti Donald Trump, dan tampaknya kedua buku itu memiliki keterkaitan silang.
"Tidak nyaman menjadi diri saya sekarang. Saya terus meminta orang berkata, wah, sepertinya kita hidup dalam kisah Stephen King," kata King seperti dimuat Daily Mail pekan ini.
"Dan satu-satunya tanggapan saya adalah, maaf," sambungnya.
Dia menambahkan bahwa saat ini, Amerika Serikat memiliki seorang presiden yang menyangkal situasi buruk yang muncul karena virus corona ini.
"Kami memiliki seorang presiden yang sangat menyangkal hal ini. Katakanlah, dari Januari hingga Maret di mana presiden mengatakan jangan khawatir tentang hal itu, itu tidak lebih dari flu biasa dan pemandu soraknya di sisi kanan spektrum politik melonjak," jelas King.
Dalam novel King sendiri, virus influenza mematikan fiksi itu dibuat di laboratorium militer dan memicu pandemi di seluruh dunia.
Tidak ada obat atau vaksin untuk penyakit ini, yang akhirnya membunuh 99 persen populasi dunia.
Virus ini juga menyebabkan kehancuran total masyarakat, mendorong militer untuk menyensor informasi tentang virus pembunuh, dan hanya menyisakan segelintir orang yang selamat dalam keadaan kebingungan dan kesedihan.
KOMENTAR ANDA