Ilustrasi/Net
Ilustrasi/Net
KOMENTAR

DI TENGAH pandemi virus corona atau Covid-19 yang terjadi di Indonesia saat ini, ada hal lain yang memperburuk situasi. Hal itu adalah penolakan jenazah pasien virus corona.

Penolakan semacam itu terjadi di sejumlah daerah di Indonesia selama beberapa waktu belakangan. Kasus terbaru terjadi pekan lalu saat jenazah seorang perawat RSUP dr Kariadi Semarang yang meninggal dunia karena virus corona.

Jenazahnya ditolak oleh sejumlah warga saat hendak dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Sewakul di RT 06, Ungaran Barat.

Kondisi tersebut sangat disayangkan dan menuai kegeraman banyak pihak. Terlebih, jenazah tersebut adalah tim medis yang meninggal dunia setelah berjasa merawat pasien virus corona lainnya. Namun sayangnya dia tertular dan nyawanya tidak bisa diselamatkan.

Lantas, bagaiamana Islam memandang penolakan jenazah seperti yang terjadi di Semarang?

"Menolak pemakaman jenazah korban virus corona itu tidak ada alasannya, baik secara ilmiah maupun secara agama," kata Ust Muhammad Arifin, MA, dalam unggahan di laman resmi Instagram Pusat Studi Al-Quran @pswonline.

"Agama justru menyuruh kita menghormati orang yang meninggal dunia, antara lain dengan memperlakukannya secara layak," sambungnya.

"Siapa yang tahu kalau ternyata dia mati syahid, dia mulia di sisi Allah," jelasnya lagi.

Merujuk pada kitab suci Al Quran disebutkan bahwa:

Manusia adalah makhluk mulia dan terhormat, bahkan sejak dari awal penciptaannya. Bahkan Allah sendiri memuliakan manusia. Sungguh, Kami telah muliakan anak cucu Adam dan Kami angkut mereka di darat dan di laut. (QS Al-Isra’ [17]: 70).

Selain itu dalam hadis disebutkan bahwa:

Kemuliaan dan keterhormatan manusia itu berlaku umum: muslim atau bukan, beriman atau tidak. Juga berlaku ketika dia masih hidup dan ketika sudah meninggal dunia. Karena itu, Rasulullah saw. melarang kita melukai jenazah, karena melukai jenazah sama dengan melukai orang itu ketika masih hidup. Beliau bersabda, “Mematahkan tulang mayit sama dengan mematahkan tulangnya ketika ia hidup.” (HR Abu Dawud).

Dalam riwayat lain disebutkan bahwa Rasulullah SAW berdiri ketika di depannya lewat sejumlah orang mengusung jenazah. Ada sahabat beliau yang berbisik kira-kira demikian, "Itu jenazah orang Yahudi,".

Kemudian Rasulullah SAW menjawab, "Bukankah dia manusia juga?"

Karena itu, sikap sebagian masyarakat kita yang menolak jenazah korban virus corona dimakamkan di pemakaman kampungnya, itu sikap yang keliru. Tidak ada alasan yang membenarkan sikap dan tindakan itu.

Secara kesehatan, virus corona pada jasad mayat dengan sendirinya mati tujuh jam setelah kematian. Lagi pula, protokol pengurusan jenazah korban corona sudah diatur sedemikian rupa yang tidak memungkinkan penyebaran virus dari mayat.

Memperkuat daya tahan diri dengan mengonsumsi makanan sehat, bergizi, cukup vitamin, itu lebih tepat untuk menghindari terjangkit virus corona daripada menolak pemakaman jenazah. Allah saja memuliakan manusia, mengapa kita menghinakannya?




Sekali Lagi tentang Nikmatnya Bersabar

Sebelumnya

Anjuran Bayi Menunda Tidur di Waktu Maghrib Hanya Mitos?

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Tadabbur