Ilustrasi/Net
Ilustrasi/Net
KOMENTAR

TIDAK ada manusia yang sempurna. Kita semua memahami kalimat tersebut.

Kita mungkin melihat seorang public figure yang kita anggap sempurna. Cantik, bertubuh ideal, banyak uang, terkenal, bersuami ganteng. Pun jika melihat laman media sosialnya, kita seolah menyaksikan dongeng putri kerajaan yang berujung happily ever after.

Kita tidak pernah tahu apa yang ada di balik kebahagiaannya. Karena jujur saja, tak ada manusia yang ingin terlihat kekurangannya dan diketahui masalahnya. Toh, tak ada gunanya memamerkan ketidaksempurnaan diri ke hadapan orang lain.

Karena masalah bagi manusia adalah keniscayaan. Masalah adalah bagian dari kehidupan manusia. Masalah adalah tanda bahwa manusia harus berjuang dalam hidupnya. Masalah adalah pengingat bagi manusia.

Maka masalah adalah sesuatu yang tidak mungkin kita hindari. Menghindari masalah malah akan menambah masalah. Sebaliknya, menuntaskan masalah akan membuat hidup kita menjadi lebih indah dan bermakna. Kita belajar untuk tidak mengulanginya.

Masalah biasanya mengandung kesalahan dan keburukan. Jika mau berintrospeksi, maka kesalahan kita lah yang kerap menghadirkan masalah bagi kita. Karena sebagai manusia, kita memang tak luput berbuat salah. Manusia bukanlah malaikat yang tak punya hawa nafsu. Manusia adalah makhluk yang iblis berjanji untuk menggodanya.

Herannya, berkali-kali kita ingin keluar dari masalah dan kesalahan, berkali-kali pula kita gagal melangkah. Seolah apa yang kita lakukan tidak mungkin menjadi benar. Seolah kita terlahir untuk melakukan kesalahan.

Jika perlahan-lahan kita mulai terpuruk dengan menumpuknya kesalahan yang kita perbuat, ini saatnya meresapi hadis berikut ini.

"Bertakwalah kepada Allah di mana saja berada, iringilah keburukan dengan kebaikan niscaya ia akan menghapuskannya, dan berakhlaklah kepada orang lain dengan akhlak yang baik." (HR. Tirmidzi)

Nabi Muhammad SAW. memotivasi kita untuk tidak menyerah pada diri kita sendiri. Untuk percaya pada diri sendiri bahwa selalu ada harapan untuk berubah menjadi lebih baik. Selalu ada harapan untuk menjadi lebih maju. Dan selalu ada harapan untuk menggantikan segenap keburukan yang kita lakukan dengan kebaikan.
 
Ada nurani dan akal yang hanya dimiliki manusia. Jika keduanya bersatu, kita akan mampu membedakan mana yang baik dan mana yang buruk dengan hati kita lalu mengambil sikap sesuai apa yang kita yakini. Kita tidak hanya memilih dalam hati, tetapi memilih dengan langkah konkret. Dengan demikian, kita benar-benar menciptakan kebaikan yang nyata. Kebaikan yang membawa kemaslahatan bagi diri sendiri dan juga orang banyak.

Ketika nurani dan akal bersatu, kita bisa meyakinkan diri bahwa masa depan kita akan cerah. Bahwa kita dapat menjadi manusia baru yang tidak terpuruk dalam kesalahan demi kesalahan. Bahwa kebaikan yang kita lakukan hari demi hari dapat menghapuskan sedikit demi sedikit keburukan kita di masa lampau. Bahwa ampunan Allah sangat luas bagi siapa yang mau mengubah nasibnya menjadi lebih mulia.

Berbuat baik setiap hari tanpa lelah. Berbuat baik setiap hari tanpa bosan. Demi mengejar tujuan akhir kita: memiliki kebaikan yang lebih berat timbangannya daripada keburukan saat yaumul mizan (hari timbangan amal) kelak setelah kita meninggal dunia.

Maka kita tak seharusnya menyerah pada diri kita sendiri. Kita tak boleh meremehkan diri sendiri. Kita bisa mengerahkan kekuatan nurani dan akal kita untuk mencari jalan bagaimana berbuat amal saleh setiap hari. Agar kita bisa merasa worth it sebagai Muslim dan siap istiqamah di jalan kebaikan.




Menyongsong Resesi 2025 dengan Ketenangan Batin

Sebelumnya

Sekali Lagi tentang Nikmatnya Bersabar

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Tadabbur