Ilustrasi/Net
Ilustrasi/Net
KOMENTAR

BULAN suci Ramadhan tahun ini akan menjadi berbeda dibandingkan dengan bulan-bulan ramadhan sebelumnya.

Pasalnya, dengan pandemi virus corona atao Covid-19 yang terjadi di seluruh dunia, banyak kegiatan ibadah selama bulan ramadhan yang harus disesuaikan. Termasuk tidak adanya taraiwh dan buka puasa bersama yang dilakukan banyak negara di dunia.

Hal ini dilakukan sebagaio bentuk pencegahan agar penularan virus corona bisa direm.

"Ada unsur kesedihan dan kehilangan," kata direktur eksekutif Dewan Hubungan Amerika-Islam (CAIR) cabang negara bagian Georgia, Amerika Serikat, Abdullah Jaber.

"Bahwa begitu banyak hal yang biasa kita nikmati dan menantikan di bulan Ramadhan, kita tidak bisa lakukan," jelasnya, seperti dimuat Al Jazeera.

Di Amerika Serikat sendiri, seluruh tempat ibadah, termasuk masjid, gereja, kuil dan sinagoge resmi ditutup pekan lalu untuk mencegah penularan virus corona di negeri Paman Sam.

Sementara itu di Georgia sendiri, beberapa dari langkah-langkah jarak sosial itu perlahan-lahan diangkat. Gubernur Georgia, Brian Kemp memberikan izin kepada para pemimpin agama untuk mengadakan layanan ibadah pribadi lagi, selama jemaat dapat menjaga jarak yang aman di antara mereka.

Namun, menurut Jaber, gagasan membuka kembali masjid terlalu berisiko di situasi saat ini.

"Sifat dasar jemaat, sangat intim, sangat dekat dan itulah yang membuatnya lebih berbahaya," katanya kepada Al Jazeera pada hari Kamis (23/4).

Jaber mengatakan, Georgia belum mencapai puncak pandemi Covid-19. Karena itu, untuk membuka kembali masjid dikhawatirkan akan memberikan lonjakan besar penularan virus corona.

Karena alasan itu, sebagian besar masjid di Georgia, yang menurut Jaber berjumlah sekitar 100 masjid, akan tetap ditutup selama Ramadhan.




Kementerian Agama Luncurkan Program “Baper Bahagia” untuk Dukung Ketahanan Pangan Masyarakat Desa

Sebelumnya

Fitur Akses Cepat Kontak Darurat KDRT Hadir di SATUSEHAT Mobile

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel News