Sejumlah anak jalanan bermain sepakbola di pusat penampungan/Reuters
Sejumlah anak jalanan bermain sepakbola di pusat penampungan/Reuters
KOMENTAR

DI TENGAH pandemi virus corona atau Covid-19 yang masih terjadi di banyak negara dan wilayah di dunia saat ini, anak-anak jalanan menjadi salah satu kelompok yang paling rentan terinfeksi. Pasalnya, mereka tidak memiliki akses yang baik ke fasilitas kesehatan serta sanitasi yang baik.

Karena itulah sejumlah LSM di Senengal fokus membantu anak-anak jalanan ketika virus corona menjadi pandemi di negara tersebut.

Mereka menampung anak-anak jalanan di sebuah pusat medis di kota Dakar yang dijadikan tempat perlindungan bagi anak-anak jalanan di Senegal agar mereka tidak hidup di jalanan.

Di ibukota Dakar saja, tercatat ada sekitar 40 ribu anak jalanan yang rentan terinfeksi virus corona.

Terlebih, sejak pemerintah mengumumkan keadaan darurat terkait pandemi virus corona, ruang gerak anak-anak jalanan tersebut semakin sempit, kehidupan mereka pun semakin terhimpit.

Sejumlah restoran di kota Dakar kerap memberikan makanan sisa setelah tutup. Namun itu masih jauh dari kata cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup anak-anak jalanan itu.

Terlebih, mereka yang biasa mengandalkan bantuan dari pejalan kaki, kini tidak lagi memiliki sumber bantuan itu karena sebagian besar orang tidak keluar rumah di tengah keadaan darurat.

Karena itulah, LSM bergerak untuk memberikan layanan sosial dan menampung para anak jalanan itu. Mereka diberikan perlindungan, tempat berlindung yang layak dan akses terhadap kebersihan yang baik demi terhindari dari penularan penyakit.

Di Senagal sediri sejauh ini tercatat telah ada lebih dari 736 orang terinfeksi virus corona, 9 di antaranya meninggal dunia.

"Mereka membutuhkan tempat berlindung yang mendesak," kata Beatrice Mariem Mendy, yang membantu menjalankan pusat Sosial SAMU (Layanan Bantuan Medis Mendesak) di lingkungan Ouakam di Dakar.

"Kami benar-benar harus mencari mereka sekarang untuk menemukan mereka karena mereka bersembunyi di malam hari untuk menghindari pihak berwenang," kata Mendy.

Anak-anak jalanan yang ditampung tersebut memiliki latar belakang yang berbeda-beda, mulai dari pemuda dari sekolah-sekolah keagamaan yang dikenal sebagai daaras yang dipaksa mengemis uang di jalanan, hingga mereka yang datang dari keluarga yang hancur atau kehilangan rumah karena kemiskinan.

Badan amal Franco-Senegal Desa Pilote juga berusaha melindungi lebih banyak anak termasuk remaja yang lebih tua selama epidemi di fasilitasnya di pinggiran Dakar, di mana mereka menyediakan makanan dan ruang untuk bermain sepak bola dan permainan lainnya.

Gorgui Niane, anggota LSM yang bekerja dengan anak-anak di Desa Pilote menjelaskan, beberapa anak jalanan yang merasa jengkel dengan peraturan di pusat penampungan banyak yang memilih untuk kembali ke jalanan.

"Mereka kembali tetapi sekarang mereka ingin datang ke sini lagi, karena mereka menyesalinya. Sulit di Dakar, semua restoran tutup, tidak ada yang tersisa untuk dimakan," kata Niane seperti dimuat Reuters (Senin, 27/4).




Gunung Lewotobi Kembali Meletus Disertai Gemuruh, Warga Diimbau Tetap Tenang dan Waspada

Sebelumnya

Timnas Indonesia Raih Kemenangan 2-0 atas Arab Saudi

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel News